TEMPO.CO, Jakarta - Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) dan Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia (MHKI) mendesak pemerintah pusat dan daerah serta aparat keamanan segera memulihkan kondisi yang terjadi di Wamena, Papua. Desakan ini disampaikan menyusul meninggalnya seorang dokter akibat kerusuhan di Wamena, Senin, 23 September 2019.
"Segera lakukan pemulihan kondisi di Wamena dengan pendekatan persuasif, agar situasi kembali aman dan tetap meningkatkan keamanan bagi seluruh petugas kesehatan dan sarana prasarana kesehatan di Wamena," kata Ketua Umum PDEI Adib Khumaidi melalui keterangan tertulis, Sabtu, 28 September 2019.
PDEI dan MHKI juga mendesak semua pihak untuk tidak memperlakukan seluruh dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lainnya secara tidak manusiawi, bahkan menyebabkan luka dan kematian.
"Jika dua poin itu tidak dapat diwujudkan, kami mendesak Kementerian Kesehatan untuk mengevakuasi seluruh tenaga kesehatan di daerah rawan," kata Ketua Umum MHKI Mahesa Paranadipa dalam keterangan yang sama.
PDEI dan MHKI menyatakan pernyataan ini berlaku untuk semua daerah dan tempat yang rawan terjadi konflik dan huru hara.
Sebelumnya, Dokter Soeko Marsetiyo, 57 tahun, diduga dianiaya saat demo yang terjadi di Wamena pada Senin, 23 September 2019. Dokter yang sudah 15 tahun bertugas di pedalaman Kabupaten Tolikara ini ditemukan di Wamena sesaat setelah demo yang berujung kerusuhan.
Dia ditemukan mengalami luka-luka akibat benda tajam dan sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena, tetapi nyawanya tak tertolong.
PDEI dan MHKI menyampaikan dukacita mendalam atas meninggalnya kolega sesama tenaga kesehatan ini. PDEI dan MHKI juga menyatakan prihatin atas kondisi Wamena yang belum kondusif, di mana masyarakat dan tenaga kesehatan masih mengungsi.
"Petugas-petugas kesehatan masih mengungsi di rumah sakit daerah dan Kodam namun tetap memberikan pelayanan bagi masyarakat yang membutuhkan," kata Adib.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | ANTARA