TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa menentang rasisme kembali digelar di Manokwari, Papua Barat, Selasa 3 September 2019.
Massa yang berencana berjalan ke kantor Gubernur Papua Barat diblokir aparat keamanan.
Halitopo Yali, salah satu pimpinan aksi massa yang berkumpul di Jalan Gunung Salju, kelurahan Amban, Manokwari Barat, mengatakan bahwa aksi yang digelar dijamin damai tanpa adanya tindakan kriminal seperti aksi-aksi sebelumnya.
"Aksi kami adalah murni aksi untuk lawan rasisme. Kami bukan bagian dari pendemo anarkis. Tapi justru ruang demokrasi untuk sampaikan aspirasi kami dibatasi. Sehingga kami tidak dapat sampaikan aspirasi kami kepada Gubernur Papua Barat" ujarnya.
Suasana sempat tegang saat massa mencoba menerobos barikade polisi. Mereka kemudian melempari aparat keamanan dengan batu. Tapi polisi tak melawan dan kericuhan reda.
Dalam aksi tolak rasisme tersebut, teriakan Papua Merdeka, terus dikumandangkan. Bahkan massa sempat mengibarkan bendera Bintang Kejora.
Polisi tak mengambil tindakan atas pengibaran bendera itu.
Wakil Kepala Polda Papua Barat, Komisaris Besar Tatang mengatakan, sebanyak 13 Satuan Setingkat Kompi (SSK) Brimob dan 300 anggota TNI hari ini dikerahkan untuk melakukan pengamanan dalam aksi demo di Manokwari.
Dia mengaku, aksi demonstrasi di Manokwari berlangsung aman. Meski massa aksi sempat menyerang aparat dengan lemparan batu, namun aksi itu pun dengan cepat dapat diatasi oleh sesama pendemo.
Tatang mengatakan massa dilarang long march karena polisi khawatir akan terjadi kerusuhan seperti yang terjadi tiga pekan lalu.
"Rata-rata aksi demonstrasi hari ini aman. Kita tidak izinkan mereka jalan, tapi cukup orasi di tempat. Aparat kami juga sempat dilempari batu oleh massa pendemo di Amban, tapi kita tetap bertahan tidak lakukan upaya pembalasan", ujarnya.
Tatang berharap, jika besok masih ada aksi susulan, maka diharapkan dapat dilakukan dengan damai.