TEMPO.CO, Jakarta - Pekan ini Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri memanggil perwakilan sejumlah negara untuk mengungkap jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Internasional. "Densus 88 Antiteror memanggil para perwakilan kedutaan besar untuk saling tukar menukar informasi, mengungkap jaringan JAD di Indonesia dan internasional," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi, Jumat, 26 Juli 2019.
Kerja sama itu untuk mendalami aliran dana yang diterima Saefulah alias Daniel alias Chaniago, salah satu pengendali JAD Indonesia yang kini menjadi buronan dan diketahui berada di Kurasan, Afganistan. Saefulah dipercaya untuk menampung aliran dana dari lima negara yakni Trinidad dan Tobago, Maldives, Venezuela, Jerman, dan Malaysia.
Baca Juga:
Proses pengiriman uang ini dilakukan melalui Western Union. Selain untuk melancarkan teror, Saefulah juga menggunakan dana itu untuk membeli senjata hingga membiayai anggota ke Khorasan, Afganistan.
Dana yang dihimpun dari anggota JAD di lima negara itu tercatat lebih dari Rp 400 juta. Namun, kata Dedi, aliran dana itu hanya dari Maret 2016 hingga September 2017. Sedangkan untuk aliran dana setelah 2017 sampai saat ini, masih terus diselidiki.
Selain Saefulah, Polri bersama Kepolisian Filipina sedang melacak keberadaan buronan Andi Baso. Densus meyakini pentolan JAD tersangka pengeboman Gereja Oikumene, Samarinda pada tahun 2016 itu berada di Filipina Selatan. "Densus 88 dan polisi di sana telah berkoordinasi mengejar Andi Baso yang diyakini berada di Filipina Selatan."