TEMPO.CO, Mataram - Sejumlah korban gempa Lombok mengalami kesulitan untuk mendapatkan terpal di pasaran yang akan mereka bangun sebagai tenda darurat untuk tempat berteduh. Harga terpal di pasar bisa mencapai Rp 1 juta yang biasanya hanya Rp 450 ribu.
"Kami sudah cari-cari dimana, sampai ke Pasar Cakranegara, Mataram sejak gempa besar pada 5 Agustus 2018, sampai sekarang tidak dapat juga," kata Nur Saad, warga Dusun Senaru kepada Antara di Lombok Utara, Rabu, 22 Agustus 2018.
Baca: Jokowi: Inpres Penanganan Gempa Lombok sudah Terbit
Terpal yang dicari warga biasanya berukuran 6 x 7 meter yang mampu menampung sekitar 8 orang. "Bantuan dari pemerintah untuk terpal belum ada juga, jadi kami harus mencari. Tapi sulit sekali dan harganya melambung," kata Saad.
Ia mengatakan bantuan terpal dari pemerintah hanya ke orang-orang yang sama. Sedangkan yang belum, tetap belum mendapatkannya. Akibatnya, mereka harus memanfaatkan sisa terpal dari lahan pertaniannya atau kandang hewan ternak yang sudah rusak.
Baca: Gempa Lombok, Kerugian Fasilitas Pemkot Mataram Rp 44 Miliar
Langkanya terpal juga pernah membuat perkelahian antar sesama korban saat ada sumbangan dari donatur. "Saya dapat bantuan pakaian bekas untuk 33 posko sumbangan, di antara pakaian bekas ada satu terpal. Dua warga berebutan sampai berkelahi," kata Saad.
Hal senada dikatakan oleh Aminah, warga Dusun Koko Putek, yang belum juga mendapatkan terpal dari pemerintah dan hanya memanfaatkan dari sisa terpal yang ada. "Terpal ini sudah bolong, tetap saya gunakan dibandingkan kedinginan malam hari. Rumah sudah ambruk," kata dia.
Selain terpal, Saad mengatakan harga jerigen air melambung tinggi. Harganya dari semula Rp 35 ribu menjadi Rp 55 ribu per unit. "Itupun jadi barang langka juga," kata Saad.
Baca: Tiga Kendala Ini Hambat Distribusi Bantuan Pengungsi Gempa Lombok