TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian menanggapi adanya 414 perwira Polri yang kini menganggur alias non-job. Menurut Tito, banyaknya perwira yang tak ada pada jabatan struktural itu karena meluapnya rekrutmen Polri sejak era 1980-an.
"Sejak 1982 itu penerimaan di kepolisian terus meningkat," kata Tito di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa, 27 Maret 2018.
Sebelumnya, anggota Komisi Kepolisian Nasional, Bekto Suprapto, mengatakan ada 414 perwira berpangkat komisaris besar tak punya jabatan hingga Desember 2018. Bekto mengaku mendapat informasi ini dari Asisten SDM Mabes Polri Inspektur Jenderal Arief Sulistyanto.
Baca juga: Banyak Perwira yang Menganggur, Kompolnas Kritik Kinerja Polri
Keadaan menganggur itu biasanya terjadi selepas para perwira bersekolah pimpinan. Mereka menolak dipindahkan ke daerah dan rela menganggur. Adapun yang dimaksud menganggur adalah mereka ditempatkan sebagai analisis kebijakan (anjak) dan tidak memiliki jabatan secara struktural.
Tito mencontohkan rekrutmen Akademi Polisi pada 1982, yang saat itu hanya 46 orang. Pertimbangan rasio dengan jumlah masyarakat, sejak 1984, penerimaan ditambah hingga mencapai 100 orang dan terus meningkat sampai sekarang. Per angkatan sudah mencapai 300 orang.
Akibatnya, kata Tito, para perwira Polri yang menganggur saat ini kebanyakan angkatan kepolisian tahun 1980-an yang baru selesai pendidikan atau kenaikan pangkat lainnya. "Sedangkan jumlah ini tidak seimbang dengan jumlah bintang yang hanya 200-an," ujarnya.
Penumpukan ini, kata Tito Karnavian, yang sedang ditahan agar tidak semakin menumpuk. Caranya dengan memperpanjang masa dinas untuk naik pangkat ke Kompol atau ke AKBP hingga ke Kombes. "Ini tahunnya kami perpanjang, untuk mengerem agar tidak menumpuk di Kombes," katanya.
Selain itu, Tito mengimbau perwira yang menganggur mau mengambil jabatan struktural. Seperti jabatan fungsional sebagai penyidik atau auditor. "Jangan maunya jabatan struktural saja," ucapnya.