TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menerbangkan drone untuk mengkaji wilayah longsor Brebes di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, Brebes, Jawa Tengah. Drone diterbangkan untuk mempelajari kondisi geografis daerah longsor dan mendalami penyebab bencana yang menewaskan tujuh warga tersebut.
“Mahkota longsor berasal dari perbukitan Gununglio, yang berpenutupan lahan sangat baik. Hutan dengan kerapatan tinggi. Sesuai peruntukan hutan. Tidak ada permukiman di bagian hulu. Lahan sawah ada di bagian bawah,” ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui keterangan tertulis pada Ahad, 25 Februari 2018.
Baca juga: BNPB: Pencarian 13 Korban Longsor Brebes Dilanjutkan Pagi Ini
Sutopo menjelaskan, lebar mahkota longsor mencapai 120 meter. Sedangkan panjang mahkota longsor sekitar 1 kilometer. Tebal longsor cukup tinggi, yakni mencapai 5-20 meter. Adapun volume tanah longsor mencapai sekitar 1,5 juta meter kubik.
Sutopo menuturkan longsor tersebut disebabkan kemiringan lereng yang curam. Kondisi itu diperparah dengan struktur tanah yang gembur dan remah serta batuan napal di bagian bawah sebagai bidang peluncur. Kondisi tanah yang rawan longsor makin parah setelah diterpa hujan.
“Perbukitan dengan penutup lahan hutan yang bagus seperti itu saja bisa longsor, apalagi jika perbukitan itu gundul dan jarang vegetasinya. Itu akan sangat mudah longsor,” kata Sutopo.
Hingga saat ini, 7 orang tewas, 5 luka-luka, dan 13 lainnya hilang. Selain itu, 984 jiwa mengungsi akibat longsor ini. Dua jenazah lain juga belum dapat diidentifikasi hingga sekarang. Sebanyak 750 personel tim SAR gabungan hingga kini masih mencari korban hilang.
“Namun pencarian itu terkendala potensi longsor susulan tinggi, cuaca hujan, beratnya medan, dan terbatas alat berat,” ucap Sutopo mengenai longsor Brebes.