TEMPO.CO, Jakarta - Terdakwa korupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP), Setya Novanto, mengaku memiliki banyak jam tangan merek Richard Mille. "Itu dari dulu, waktu jadi pengusaha, kumpul-kumpulin (jam tangan)," kata Setya menjelang sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Pusat, Senin, 5 Februari 2018.
Setya tidak memberi tahu jumlah jam tangan yang dia miliki. Bekas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu mengaku membeli jam tangan Richard Mille, bukan pemberian hadiah dari orang lain.
Baca:
Sidang Praperadilan Fredrich Yunadi, Setya...
Saat Setya Novanto Terkejut Namanya Masuk...
Setya didakwa jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berperan meloloskan anggaran proyek e-KTP di DPR pada 2010-2011 saat menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar. Atas perannya, Setya Novanto disebut menerima imbalan US$ 7,3 juta. Dia juga diduga menerima jam tangan Richard Mille seharga US$ 135 ribu. Setya Novanto didakwa melanggar Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 tentang Tindak Pidana Korupsi.
Penasihat hukum Setya, Maqdir Ismail, mengatakan kliennya memiliki tiga sampai empat jam tangan Richard Mille dengan jenis dan bentuk yang berbeda-beda. Saat ditanya wartawan apakah mengenakan jam tangan itu hari ini, Setya hanya tertawa kecil sambil mengatakan kini ia hanya rakyat biasa. "Udah rakyat yang paling di bawah. Kita sederhana aja sekarang," ujar Setya.
Simak: Setya Novanto dan 60 Legislator Diduga Terlibat E-KTP
Sebelum berpolitik, Setya mendirikan PT Anindya Cipta Perdana, perusahaan distributor semen dan bahan bangunan ke kawasan Nusa Tenggara Timur. Setya berkongsi dengan politikus Partai Demokrat, Hayono Isman, membangun perusahaan itu pada 1979. Anindya hanya bertahan dua tahun karena kalah bersaing dengan pedagang lokal.
Baca juga:
KPK Buru Semua yang Terlibat Drama Kecelakaan Setya Novanto...
Sidang Setya Novanto, Berikut Cerita Saksi yang...
Setelahnya, Setya dipercaya mengembangkan pompa bensin milik mantan mertuanya, Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat saat itu, Brigadir Jenderal Sudharsono, di Cikokol, Tangerang. Sejak itu, bisnisnya terus berkembang hingga akhirnya ia dekat dengan keluarga Cendana, keluarga Presiden Soeharto.
Kedekatannya dengan keluarga Cendana membawa Setya berkarier sebagai politikus. Kariernya sebagai politikus mengantarnya ke dalam pusaran korupsi proyek e-KTP.