TEMPO.CO, Jakarta - Golkar memainkan peran kunci dalam memperkuat kekuasaan Soeharto selama 32 tahun pada era Orde Baru. Meskipun Soekarno merupakan salah satu tokoh penting di balik pendirian Golkar, ia tidak pernah menjabat sebagai Ketua Umum Golkar tersebut. Hal ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang siapa saja yang pernah memimpin Golkar sebagai Ketua Umum, dan bagaimana kepemimpinan mereka membentuk sejarah partai ini.
Partai Golkar telah melalui berbagai dinamika politik sejak masa Orde Baru hingga era reformasi, dan setiap ketua umum yang pernah menjabat memiliki kontribusi signifikan dalam perjalanan partai ini.
Partai Golongan Karya sebelumnya bernama Golongan Karya dan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), adalah sebuah partai politik di Indonesia. Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
Golkar merupakan partai yang telah dirintis sejak zaman Orde Lama. Kehadirannya di masa Orde Baru dalam rangka pembaruan politik di Indonesia. Pada Pemilu 3 Juli 1971, Sekber Golkar memperoleh 62,8 persen suara sehingga mendapatkan 236 dari 360 kursi anggota dalam DPR. Jumlah kursi ini masih ditambah dengan 100 kursi yang akan diisi anggota yang diangkat pemerintah. Jumlah suara terbesar partai 18,7 persen diperoleh NU, sedang PNI hanya mendapatkan 6,9 persen dan Permusi, penerus Masyumi hanya 5,4 persen.
Partai Golongan Karya (Partai Golkar), sebelumnya bernama Golongan Karya (Golkar) dan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), merupakan partai politik di Indonesia. Partai Golkar didirikan pada 20 Oktober 1964 oleh Soeharto dan Suhardiman.
Dilansir dari partaigolkar.com, nerikut daftar Ketua Partai Golkar dari tahun ke tahun hingga sekarang
1964-1969 Djuhartono
1969-1973 Suprapto Sukowati
1973-1983 Amir Moertono
1983-1988 Sudharmono
1988-1993 Wahono
1993-1998 Harmoko
1998-2004 Akbar Tandjung
2004-2009 Jusuf Kalla
2009-2014 & Januari-Mei 2016 Aburizal Bakrie
2014-2016 (dualisme kepemimpinan) Aburizal Bakrie dan Agung Laksono
2016-2017 Setya Novanto
2017-2019 Airlangga Hartanto
2019-2024 Airlangga Hartarto
2024-2029 Bahlil Lahadalia
Sementara itu, baru-baru ini Ketua Steering Committee Rapimnas dan Musyawarah Nasional XI Partai Golkar, Adies Kadir, mengungkapkan bahwa komite pemilihan telah menyelesaikan proses verifikasi berkas para bakal calon Ketua Umum Partai Golkar.
Dari hasil verifikasi tersebut, Adies menyampaikan bahwa berkas pendaftaran Ridwan Hisjam dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk menjadi calon Ketua Umum Partai Golkar pada Munas XI. Sebaliknya, berkas pendaftaran Bahlil Lahadalia dinyatakan lengkap dan memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan untuk maju sebagai calon Ketua Umum.
Lebih lanjut, Adies menjelaskan bahwa Bahlil telah mendapatkan dukungan dari 469 pemilik suara, dari total 558 suara, yang berarti ia telah mengamankan 83 persen suara—jauh melampaui ambang batas minimal 30 persen yang diperlukan.
Sebelumnya, Bahlil Lahadalia telah mengklaim bahwa dirinya memenuhi syarat untuk mendaftar sebagai bakal calon Ketua Umum Partai Golkar, dengan menyebutkan bahwa ia pernah menjabat sebagai pengurus Dewan Pimpinan Daerah Golkar Papua pada periode 2009-2014.
ANANDA RIDHO SULISTYA | ANDI ADAM FATURAHMAN | YOLANDA AGNE
Pilihan Editor: Kalah Sebelum Bertanding, Profil Ridwan Hisjam Penantang Bahlil Kontestasi Ketua Umum Golkar