Pihak keluarga menolak otopsi dan riwayat penyakit Dwiyanto juga belum diketahui ITB. Sementara pihak Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung, tempat korban dibawa, hanya bisa memberikan keterangan: korban telah meninggal dunia ketika tiba.
Berikut kronologis tewasnya Dwiyanto Nugroho yang disampaikan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ITB Widyo Nugroho Sulasdi dalam jumpa pers di Gedung Rektorat ITB, Selasa (10/2). Kronologis ini, menurut Widyo, berdasarkan keterangan sejumlah panitia acara mahasiswa saat dipanggil Komisi Penegakan Norma Kemahasiswaan ITB kemarin.
5 Februari,
Ketua kegiatan Ikatan Mahasiswa Geodesi mengajukan izin ke Kepala Desa Pagerwangi untuk kegiatan out bound di wilayah tersebut pada 7-8 Februari. Acara pada Sabtu dan Minggu itu disetujui Ketua Program Studi Geodesi dan Geomatika Wedyanto Kuntjoro namun tidak dilaporkan ke Fakultas.
7 Februari, mahasiswa angkatan 2007 sebanyak 82 orang dikumpulkan panitia acara di Lebak Siliwangi pada pagi hari. Sebelum berangkat ke desa Pagerwangi, Lembang, seluruh calon anggota Ikatan Mahasiswa Geodesi yang akan dilantik itu diperiksa kesehatannya oleh Atlas Medical Pioneer dari Fakultas Kedokteran Univeristas Padjadjaran. Hasilnya, ke-82 mahasiswa tersebut dinyatakan dalam kondisi sehat.
Pukul 12.00 WIB, seluruh mahasiswa diberangkatkan dengan angkutan kota ke lokasi yang disebut lapangan dua. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki antara 1-2 kilometer. Baru berjalan sekitar 400 meter, Dwiyanto terjatuh. Ia lalu diminta untuk minum dan istirahat sebentar. Selanjutnya ia dipapah dua orang ke lokasi.
Pukul 14.10-14.40 WIB, panitia meluangkan waktu bagi peserta acara untuk makan dan sholat. Sesudah itu, saat melanjutkan perjalanan ke Pos 1, Dwiyanto masih sulit berjalan. Ia kembali dipapah dua orang melewati jalan menanjak, dan punggungnya diketahui sakit. Singkat cerita, ketika sampai di Pos 6, Dwiyanto hanya duduk-duduk dan belajar jalan. Keadaannya sudah parah.
18.20-18.45 WIB, Dwiyanto dibawa ke pos kesehatan dan diperiksa tim Atlas Medical Pioneer. Pinggang kirinya dikeluhkan sakit. Walau begitu, ia tetap melanjutkan perjalanan ke pos terakhir panitia di SMA Mekarwangi.
19.40-20.30 WIB, Dwiyanto pingsan. Tubuhnya dibaluri minyak kayu putih namun tetap tidak bisa berdiri.
00.00 WIB, Dwiyanto kembali diperiksa tim kesehatan. Ketika sadar dan ditanya, Dwiyanto menyatakan ingin pulang.
01.30 WIB, Dwi dibopong ke jalan pulang.
02.30-02.55, sambil menunggu kendaraan pengangkut dan tim medis, kondisi Dwiyanto makin kritis. Dia tidak bisa lagi berkomunikasi. Dari mulutnya keluar busa kekuningan, detak nadi tidak teraba oleh tim medis, reflek terhadap cahaya minus, badannya telah dingin, dan sudah tidak bernafas. Selanjutnya korban dilarikan dengan kendaraan bak terbuka ke Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung yang dekat dengan kampus ITB.
ANWAR SISWADI