Petugas SAR gabungan mengangkat kantung jenazah pasca bencana tanah longsor di kampung adat Sinarresmi, Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Selasa 1 Januari 2019. Longsor tersebut menyebabkan 13 orang meninggal dunia dan 34 orang belum ditemukan. ANTARA FOTO/Nurul Ramadhan
TEMPO.CO, Jakarta-Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan masih ada 20 orang hilang akibat longsor Sukabumi di Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Evakuasi terus dilakukan meski tak mudah.
Sutopo menuturkan tim evakuasi menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya karena cuaca. Dua hari sejak bencana terjadi, hujan terus turun di lokasi. "Pencarian pada 1 Januari harus dihentikan pukul 14.00 karena hujan terus," kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu, 2 Januari 2019.
Menurutnya hujan membuat material longsor yang bersifat poros dan mudah menyerap air itu menjadi lumpur. Tim juga harus menghadapi empat kali longsor susulan. Kondisi tersebut menyulitkan dan membahayakan petugas pencarian. "Prinsip dalam pencarian evakuasi penyelamatan korban adalah safety first," katanya.
Akses untuk mencapai lokasi bencana juga tak mudah. Sutopo menuturkan tim harus menggunakan motor lalu melanjutkan dengan berjalan kaki untuk mencapai lokasi.
Dua hari pasca bencana, tim penanggulangan menerjunkan 892 personel yang terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Sukabumi, TNI, Polri dan Basarnas untuk melakukan evakuasi di lokasi longsor. Tiga alat berat dan dua anjing pelacak juga telah dikirim ke lokasi untuk membantu evakuasi.
Sutopo menuturkan tim penanggulangan bencana membutuhkan tambahan bantuan alat berat. Mereka juga butuh alat evakuasi seperti cangkul, sekop, dan sarung tangan latex, serta komunikasi. Relawan untuk membantu dapur umum dan evakuasi korban longsor Sukabumi juga sangat dibutuhkan.