TEMPO.CO, Yogyakarta - Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kepala Daerah di Gunungkidul sepekan terakhir gencar mengadakan pelatihan dan sosialisasi kepada kader pengawas tempat pemungutan suara (TPS) di seluruh kecamatan.
"Salah satu fokusnya mendidik kader lebih jeli dan ketat mengawasi gerakan kelompok golput yang rawan jadi sasaran politik uang,” ujar anggota Panwaslu Gunungkidul, Ton Martono, pada Rabu, 18 November 2015.
Komisi Pemilihan Umum Gunungkidul menargetkan, pilkada nanti, minimal 80 persen dari daftar pemilih mau menggunakan hak pilihnya. Jadi angka golput periode pemilu legislatif 2014 lalu, yang diperkirakan mencapai 22 persen, dapat lebih ditekan.
Ton menuturkan tingginya angka golput berpotensi menciptakan pilkada tak sehat. Kelompok golput dinilai lebih mudah berpikir pragmatis dan membuat mereka rentan jadi sasaran politik uang. Calon diprediksi mulai bergerilya mencari dukungan tambahan melalui jalan praktis mendekati masa akhir kampanye ini. “Pengawas di lapangan kami minta ikut aktif mendorong warga agar tidak golput agar pilkada ini benar-benar menghasilkan pemimpin berkualitas,” kata dia.
Ton menuturkan, menurut pantauan terakhirnya, potensi golput merata di kalangan warga. “Tak hanya warga usia produktif yang golput karena sibuk bekerja, tapi merambah kelompok usia senja yang kecewa dengan kondisi daerahnya,” ujarnya.
Sayangnya, tingginya angka golput akibat apatisme warga yang kecewa sering pula ditambah dengan persoalan teknis. “KPU harus memastikan sarana TPS di klinik, puskesmas, dan rumah sakit saat hari pemungutan suara ada,” ujarnya.
Komisioner KPU Gunungkidul, Ahmadi Ruslan Hani, mengatakan setelah ada perubahan data pemilih tetap karena masuknya pemilih tambahan (DPTb1) dan penghitungan potensi jumlah pemilih tambahan dua (DPTb2), belum bisa diperkirakan kisaran angka golput. “Kami belum bisa memperkirakan angka golput ini,” ujarnya.
Wakil Ketua DPRD Gunungkidul Arif Wibowo menuturkan pilkada serentak kehilangan gaung karena masa kampanye sangat panjang . Selain itu, pilkada serentak jauh dari hingar-bingar pesta pemilu seperti sebelumnya. “Mungkin ketika masa kampanye sudah mendekati akhir, semua baru menggeliat,” kata tim sukses pasangan calon koalisi Partai Gerindra, PKS, PKB, dan Demokrat, Subardi-Wahyu Purwanto, itu.
PRIBADI WICAKSONO
Baca:
Lagi, Beredar Surat Setya Novanto ke Pertamina Soal BBM
Teror Paris: 5 Kejadian Baru yang Menegangkan!
Jepang Bingung, Setya Novanto Tiba-tiba Lobi Beli Pesawat
Setya Novanto Ternyata Pernah Jadi Pria Tertampan Surabaya
TERKUAK: Paspor Suriah di Paris Itu Ternyata Milik Tentara