Hal tersebut menyusul meninggalnya seorang Praja IPDN angkatan 19 asal Sulawesi Selatan, Rindra Sujiwa Syahrul Putra, 21 tahun, pada Senin (30/1) pukul 05.30 dalam perjalanan menuju Rumah Sakit AMC, Cileunyi, Kabupaten Bandung.
"Kami menegaskan bahwa di IPDN sudah tidak ada kekerasan setelah kejadian almarhum Clif Muntu beberapa tahun lalu," kata Kepala Bagian Humas IPDN, Sudaryana, kepada wartawan, Senin (30/1)
Sudaryana mengatakan, Rindra meninggal karena penyakit maag akut yang dideritanya, "Sekali lagi almarhum meninggal karena sakit, bukan karena kekerasan. Apalagi almarhum merupakan praja yang paling senior di IPDN" katanya
Menurut Sudaryana, sebelumnya Rindra sempat meminta izin berobat ke Makassar pada hari Kamis pekan lalu. Pada hari Sabtu Rindra kembali pulang dan pada Senin dini hari, Rindra kembali mengeluh sakit. "Namun saat dibawa ke rumah sakit AMC, almarhum tidak berada di dalam lingkungan IPDN, tapi berada di luar lingkungan IPDN," katanya.
Saat ditanya di mana lokasi almarhum sebelum dibawa ke rumah sakit, Sudaryana mengaku tidak mengetahui. "Saya enggak tau apakah dia waktu itu berada di kostan atau di mana. Yang jelas di luar lingkungan IPDN, karena almarhum setelah pulang dari Makassar tidak langsung ke kampus IPDN," ujarnya.
Baca Juga:
Saat Tempo meminta izin untuk mewawancarai rekan-rekan Rindra, Sudaryana tidak memberikan izin. "Maaf ya, bukan tidak boleh, tapi para praja saat ini sedang kuliah. Mereka tidak bisa keluar karena ada aturannya. Nanti kalau ada informasi lebih lanjut saya pasti akan memberi tahu," katanya.
ANGGA SUKMA WIJAYA