TEMPO.CO, Malang - TNI Angkatan Udara menghentikan seluruh operasional pesawat Super Tucano. Total Skadron 21 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang memiliki 12 pesawat, satu di antaranya jatuh di Blimbing, Kota Malang, Rabu, 10 Februari 2016.
"Semuanya ini karena belum saya evaluasi. Sesuai prosedur, kami stop. Apa penyebab kejadian ini?" kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, 10 Februari 2016. Penghentian operasional Super Tucano dilakukan sampai diketahui hasil penyelidikan penyebab pesawat jatuh.
Pesawat produksi pabrikan Embraer Defence and Security Brasil ini berfungsi sebagai bantuan tempur udara yang memiliki kemampuan counter insurgency operation (COIN) dan close air support. Pesawat ini mengangkut senjata ringan yang berfungsi sebagai pesawat serang antigerilya.
TNI Angkatan Udara memesan 16 unit pesawat Super Tucano senilai Rp 1,3 triliun. Pengiriman pesawat dilakukan secara bertahap pada 2012, 2014, dan 2016. Pesawat Super Tucano menggantikan OV 10 Bronco buatan Amerika yang beroperasi sejak 1976, sejak lima tahun lalu di-grounded.
Sebagian pengadaan alat menggunakan model transfer teknologi. Seperti Super Tucano, Embraer bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia memasok kebutuhan peralatan pendukung. Program kekuatan pertahanan direncanakan selama 15 tahun ke depan.
Pesawat ini berwarna dasar loreng abu-abu dengan lukisan moncong atau cocor hiu berwarna merah. Warna dan lukisan pesawat sesuai dengan tradisi skadron yang awalnya diperkuat dengan pesawat Mustang P 51.
EKO WIDIANTO