TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam pada Maret mendatang. Presiden Joko Widodo meminta semua menteri terkait menyiapkan penyelenggaraan konferensi ini dengan sebaik-baiknya.
"Semula KTT ini akan diselenggarakan di Maroko, tapi Maroko menyatakan ketidaksanggupannya. Saya minta Menlu untuk menyatakan kesanggupannya, kesanggupan Indonesia menjadi tuan rumah KTT Luar Biasa OKI," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas mengenai KTT OKI di Kantor Presiden, Rabu, 3 Februari 2016.
Presiden meminta penyelenggaraan konferensi tersebut bisa sesukses penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika tahun lalu. Jokowi juga meminta semua kementerian, pemerintah daerah, dan masyarakat berpartisipasi dalam penyelenggaraan konferensi ini. "Mulai kepastian kepala negara, kepala pemerintahan yang hadir hingga berkaitan dengan pengamanan," ucapnya.
Jokowi berujar, KTT OKI menjadi bagian dari upaya Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang aman dan warga muslim Indonesia adalah warga yang memiliki toleransi tinggi.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung menuturkan KTT Luar Biasa OKI akan diselenggarakan pada 6-7 Maret 2016 di Jakarta. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno akan bertanggung jawab mempersiapkan substansi konferensi dan venue acara, pengamanan, dan fasilitas lain yang dibutuhkan.
Menteri Retno mengatakan rangkaian acara KTT terdiri atas pertemuan senior officer meeting dan dilanjutkan dengan pertemuan tingkat menteri luar negeri. "Dua pertemuan ini akan diselenggarakan pada 6 Maret," ucap Retno. KTT Luar Biasa, ujar dia, akan digelar pada 7 Maret.
Menurut dia, KTT ini memiliki makna yang penting bagi Indonesia, OKI, dan dunia. Pertama, karena konteks negosiasi kuartet sudah terhenti sejak Mei 2015. Kedua, situasi di Al Quds tak kunjung membaik. "Selain itu, situasi dunia saat ini sangat dinamis, sehingga terjadi distraksi isu yang dikhawatirkan isu Palestina akan tersingkirkan," tuturnya.
ANANDA TERESIA