TEMPO.CO, Kupang - Sebanyak 19 dari 21 kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan dilanda kekeringan. Ketersediaan air baku terbatas, dan lahan pertanian masyarakat mengalami kekeringan.
"Sudah ada laporan kekeringan dari 19 kabupaten/kota di NTT," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Tini Thadeus kepada Tempo, Selasa, 28 Juli 2015.
Menurut Tini, kekeringan yang melanda NTT merupakan dampak dari badai El Nino, sehingga debit air baku mengalami penurunan yang signifikan hingga 50 persen. Bahkan sejumlah embung milik masyarakat sudah mengalami kekeringan, sehingga kesulitan air bersih mulai dirasakan masyarakat.
Namun Tini mengaku bencana kekeringan yang melanda NTT belum mencapai puncaknya. Puncak kekeringan diperkirakan terjadi pada Oktober 2015.
"Puncak kekeringan pada Oktober 2015, tapi sekarang banyak embung (waduk) yang sudah kering," ucapnya.
Untuk mengatasi masalah ini, ujar Tini, BPBD akan memberikan bantuan berupa pembangunan sumur bor di sejumlah daerah yang mengalami kekeringan. Dia berharap sumur bor bisa mengatasi masalah kekeringan di NTT.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sabu Raijua Lay Rohi menjelaskan, untuk mengatasi kekeringan, Dinas PU akan membangun seratus embung dengan kapasitas 3.000 meter kubik dan tujuh embung besar dengan kapasitas 450 ribu meter kubik.
"Tahun ini, kami bangun tujuh embung besar dan seratus embung kecil," tutur Lay.
Salah satu embung yang masih difungsikan hingga saat ini adalah embung Guriola yang menampung 450 ribu meter kubik air baku. Embung itu melayani kebutuhan air bersih warga dan lahan pertanian, seperti sawah dan tanaman hortikultura. "Masalah air di Sabu sudah bisa teratasi dengan adanya embung tersebut," ujar Lay.
YOHANES SEO