TEMPO.CO, Lumajang - Fenomena 'koyo' meracuni ekosistem Danau Ranu Klakah di kaki Gunung Lemongan, Selasa 11 Juli 2017. Akibatnya, ribuan ikan dan udang penghuni danau yang berada di Desa Tegal Randu, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang itu menjadi mabuk dan mengapung di permukaan danau.
Rohman, warga Desa Tegal Randu mengatakan masyarakat sekitar danau menyebut fenomena alam ini sebagai 'koyo'. Fenomena ini begitu menghantui para pemilik keramba ikan di danau tersebut.
Ikan yang berada di keramba yang tersebar di pinggiran danau juga terimbas fenomea tersebut.
“Tidak hanya ikan di dasar danau saja yang mengapung karena mabuk, ikan di keramba juga ikut mabuk," kata Rohman yang sehari-hari menjual ikan nila hasil keramba yang dikelola warga sekitar itu.
Warga sekitar, kata Rohman, mempercayai fenomena ini sebagai peristiwa naiknya belerang yang berada di dasar danau ke permukaan sehingga meracuni ikan yang hidup di danau seluas 22 hektare dengan kedalaman sekitar 28 meter itu.
Fenomena tersebut juga menjadi penanda akan datangnya musim kemarau. "Dulunya fenomena ini sebagai penanda datangnya musim kemarau. Tapi saat ini hujan terkadang masih turun," kata Rohman menambahkan.
Penampakan Danau Ranu Klakah, kata Rohman, juga ikut mengalami perubahan akibat fenomena koyo ini.
"Warna air danau agak berubah keabu-abuan. Bau belerang juga terasa di sekitar danau," ujar Rohman. Fenomena ini biasanya berlangsung hingga empat sampai lima hari.
Peristiwa ini terjadi sejak Minggu kemarin dan saat ini sudah hari ketiga.Pada hari pertama koyo, udang dan ikan yang berada di dasar ranu yang mengapung.
"Pada hari kedua dan ketiga sekarang ini, ikan di keramba yang terimbas," kata dia. Biasanya, serangan koyo ini mereda ketika hujan turun.
Menurutnya, pernah kejadian koyo dimana hujan tidak kunjung turun sehingga sampai hari kedelapan, sehingga dampaknya bertahan lama bisa sampai delapan hari. Akibat serangan koyo ini, pemilik keramba cepat-cepat menjual ikannya sebelum keburu mati.
Harga ikan menjadi turun drastis akibat aksi jual cepat ikan keramba. "Harga ikan anjlok," kata Rohman.
Ikan Nila saat normal seharga Rp 30 ribu hingga Rp 35 Ribu perkilogram, gara-gara koyo, harganya jatuh antara Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu perkilogram.
"Yang kecil-kecil Rp 10 ribu dan yang besar Rp 25 ribu," kata Rohman. Harga ikan yang anjlok ini membuat banyak orang datang ke danau untuk membeli ikan.
Ketua Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Teguh Widjoyono mengatakan fenomena koyo itu merupakan faktor alam akibat gas belerang.
"Itu faktor alam yang setiap tahun terjadi," ujarnya. Teguh juga mengatakan kalau hal tersebut juga salah satu bagian dari pengaruh aktivitas Gunung Lemongan.
"Namun tidak ada peningkatan status aktivitas Gunung Lemongan. Berdasarkan laporan harian pengamat Gunung Api Gunung Lemongan di Gunung Kursi, status aktivitas Gunung Lemongan tetap di level aktif normal.
DAVID PRIYASIDHARTA