TEMPO.CO, Ponorogo - Sekitar 200 warga Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mengungsi di rumah yang lebih aman dari tanah longsor. Sejak bencana itu terjadi pada Sabtu pekan lalu hingga Senin, 3 April 2017, mereka masih membutuhkan sejumlah bantuan.
‘’Utamanya untuk pakaian dalam, pakaian layak pakai, dan kebutuhan untuk mandi,’’ kata Kepala Desa Banaran, Sarnu ditemui di lokasi bencana tanah longsor.
Baca juga: Lagi, 1 Korban Longsor Ponorogo Ditemukan
Sedangkan untuk kebutuhan logistik seperti makan dan air bersih telah tersedia. Pasokannya tersedia di sejumlah rumah penduduk yang digunakan mengungsi warga terdampak bencana tersebut. “Kalau untuk makan sudah terpenuhi. Tidak ada masalah berarti,’’ ujar Sarnu kepada Tempo.
Disinggung tentang kondisi psikologis para pengungsi, ia menyatakan tidak terganggu. Hanya saja, salah seorang warga masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr Hardjono, Ponorogo akibat trauma. Beberapa saat setelah tanah longsor terjadi pada Sabtu lalu, warga tersebut histeris. ‘’Informasinya sekarang sudah tidak lagi,’’ kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan Ponorogo Rahayu Kusdarini, mengatakan bahwa pihaknya juga memasok sejumlah obat bagi para pengungsi. Obat itu antara lain untuk obat anti diare, maag, dan obat penenang. Selain itu, vitamin juga disediakan di posko kesehatan. ‘’Jumlahnya sangat cukup,’’ kata dia.
Hingga kini, menurut dia, kondisi kesehatan para pengungsi stabil. Petugas kesehatan secara intens melakukan pemantauan terhadap para pengungsi. ‘’Untuk pengungsi anak-anak juga sehat meski (beberapa saat) setelah longsor terjadi ada yang trauma,’’ ujar Rahayu.
Sebagian dari pengungsi itu merupakan keluarga dari 28 warga yang tertimbun tanah longsor. Hingga Senin sore, tiga dari para korban itu telah berhasil dievakuasi oleh petugas gabungan dari Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, TNI Angkatan Darat, Kepolisian, dan relawan.
NOFIKA DIAN NUGROHO