Kristiadi menyebut ada situasi genting dalam kebangkitan semangat orde baru yang kembali ingin berkuasa. Tidak semua cita-cita dan arah demokrasi berjalan sesuai yang diharapkan. Hal tersebut, kata Kristiadi, dimanfaatkan oleh mereka yang mendambakan rezim Soeharto.
Situasi tersebut dinilai bisa menimbulkan arus balik yang digawangi oleh orang-orang anti-demokrasi untuk kembali kepada negara yang anarki, otortarian, militeristik, dan sebagainya. “Kita dan teman-teman produk reformasi bisa waspada kemungkinan arus balik yang bisa menggusur reformasi. Bagi saya ini indikasinya semakin jelas. Apalagi, lembaga demokrasi selama masa reformasi tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat,” ujar Kristiadi.
Baca juga: Hadiri Haul Soehartodan Supersemar, Mobil Djarot Dilempar Botol
Turunnya kepercayaan masyarakata terhadap negara demokrasi juga dipicu dengan berbagai permasalahan yang mandek di tengah jalan. Kasus-kasus besar yag melibatkan petinggi negara juga turut andil dalam menggerus kepercayaan masyarakat, seperti kasus korupsi proyek E-KTP.
“Artinya, pembusukan semakin dalam. DPR itu isinya orang partai. Kondisi pemerintahan dan negara juga lemah. Ini yang mengakibatkan jika ini diteruskan bursa pendapat uumum akan dipasok oleh orang-orang yang anti-reformasi yang bilang lembaga itu sudah gagal. Ini yang gawat di sini,” ujar Krsitiadi.
Baca: Haul Soeharto dan Supersemar, Anies: Belajar Sejarah untuk Masa Depan
Kristiadi menilai Keluarga Cendana juga bisa memanfaatkan kemunculan gerakan nasionalisme religi yan g mengembangkan nasionalisme berdasarkan agama. Selain itu, dimunculkannya kembali musuh dan hantu komunisme yang sudah tidak ada, tapi tetap dianggap ancaman. Mereka mecoba menawarkan alternatif di tengah ketidakpercayaan masyarakat.
“Ini ada kolaborasi dari berbagai macam pihak, ada koalisi orang atau tokoh elite yang berkurang kenyamannanya. Bisa juga dari orang yang ingin menargetkan diri jadi presiden ataupun orang yang berasal dari segala macam kekuatan berkumpul untuk melawan kekuatan Jokowi,” ujar Kristiadi.
LARISSA HUDA