TEMPO.CO, Medan - Wartawati radio Smart FM, Sri Wahyuni, dirampok saat berada di atas becak motor di kawasan padat lalu lintas Kota Medan, Jumat, 29 Juli 2016, sekitar pukul 06.30. Yuni—sapaan Sri Wahyuni—mengaku syok akibat peristiwa itu.
Namun Yuni tak sempat membuat laporan ke polisi karena harus bertugas liputan ke Kota Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. "Saya dirampok sesaat setelah keluar dari kantor Tribun Medan," katanya.
Dia berencana meliput pembukaan acara Budaya Batak keluarga besar marga Simbolon, yang digagas politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Effendi Simbolon. "Saya memarkirkan sepeda motor di kantor harian Tribun, Jalan Wahid Hasyim, dan naik becak motor ke warkop tempat jurnalis Medan biasa berkumpul. Baru beberapa meter di atas becak, saya dipepet dua sepeda motor, salah satunya merampas tas," tuturnya.
Yuni sempat berusaha mempertahankan tasnya, yang berisi kamera, dompet, gadget, alat perekam, dan kartu pers. "Karena tenaga begalnya lebih kuat, tas saya bisa dibawa lari. Saya sempat berteriak, tapi orang-orang tak peduli," ucapnya.
Wartawan TVRI Medan, Devis Karamoy, kecewa terhadap polisi yang baru saja membentuk tim antibegal. "Enggak ada fungsinya," katanya.
Wartawan Sindo Medan, Frans Marbun, juga melihat tim antibegal kurang efektif dalam mengayomi masyarakat."Tim antibegal hanya buat nakut-nakutin suku tertentu saja," ujarnya.
Kepala Polresta Medan Komisaris Besar Mardiaz Kusin belum bisa dihubungi. Adapun Wakil Kepala Kepolisian Sektor Medan Baru Ajun Komisaris Sangkot Simaremare tidak merespons panggilan dan pesan pendek yang dikirim Tempo.
Sebelumnya, Polresta Medan memperkenalkan tim antibegal dengan berbagai peralatan untuk melumpuhkan penjahat. Mardiaz Kusin mengatakan tim antibegal bertugas memberantas begal yang marak di Medan. Pekan lalu, seorang warga keturunan Tionghoa tewas dibegal di depan sebuah ruko.
SAHAT SIMATUPANG