TEMPO.CO, Padang - Sekitar 20 ton ikan milik petani keramba jaring apung di kawasan Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, ditemukan mati. Ini karena pengaruh cuaca buruk beberapa hari ini.
"Ikan mati karena angin kencang yang terjadi sejak Senin lalu," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam Ermanto, Rabu, 27 Januari 2016. Menurut dia, angin kencang menyebabkan pembalikan arus di perairan danau. Ini membuat ikan kekurangan oksigen dan akhirnya mati.
Angin kencang juga menyebabkan ratusan keramba jaring apung hancur, sehingga ratusan ton ikan lepas ke danau vulkanis tersebut. "Ada sekitar 266 ton ikan yang lepas, terutama di Tanjung Sani, Maninjau, dan Koto Malintang," ucap Ermanto. Dia memperkirakan, dengan harga ikan Rp 18 ribu per kilogram, petani mengalami kerugian Rp 5,1 miliar.
Ermanto berujar, pihaknya akan mengusulkan pembangunan keramba jaring apung ini ke Pemerintah Provinsi Sumatera Barat serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. "Agar petani bisa kembali melakukan usahanya di Danau Maninjau."
Berdasarkan data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, keramba jaring apung di Danau Maninjau sudah melebihi ambang batas. Saat ini ada sekitar 18 ribu petak keramba di danau dengan luas sekitar 99,5 kilometer itu. Padahal kapasitasnya hanya sekitar 6.000 petak.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Ketaping, Padang Pariaman, mengingatkan ancaman angin kencang dalam beberapa hari mendatang di sejumlah kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Kepala Seksi Informasi dan Observasi BMKG Ketaping Budi Iman Samiaji menuturkan angin kencang terjadi karena adanya pusaran angin akibat daerah tekanan rendah di Samudra Hindia bagian selatan Sumatera Barat. Dampaknya, ada efek isapan.
Menurut Budi, angin diperkirakan berkecepatan 40-60 kilometer per jam. Padahal normalnya 20-25 kilometer per jam. "Massa udara bergerak menuju pusaran angin tersebut dengan kecepatan agak tinggi."
ANDRI EL FARUQI