TEMPO.CO, Depok - Keluarga Rais Karna, yang menjadi korban teror Sarinah, mengutuk aksi pengeboman yang menyebabkan karyawan Bangkok Bank tersebut tewas. Rais tewas karena ditembak salah seorang teroris di depan pos polisi, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis lalu.
Adik korban, Eva Fauziah, meminta polisi cepat menangkap jaringan teroris yang ada di Indonesia. Bahkan dia meminta penegak hukum menjatuhkan hukuman mati kepada para teroris, yang telah merenggut nyawa kakaknya. "Hukumnya harus sama. Mereka harus dihukum mati," ucapnya, Ahad, 17 Januari 2016.
Ia mengatakan teroris tidak melihat orang yang tidak bersalah. Mereka membunuh warga yang tidak berdosa. "Di dunia, teroris membunuh orang. Nanti lihat azab di akhirat," ujarnya.
Menurut dia, Rais selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan biaya sekolah dia dan kebutuhan hidup ibunya ditanggung Rais. "Kakak saya yang menjadi tulang punggung keluarga," tuturnya.
Atas kejadian ini, Eva mengaku menjadi waswas bila pergi ke pusat perbelanjaan atau keramaian. Rais, kata dia, menjadi tulang punggung sejak 15 tahun lalu setelah ayahnya meninggal. "Saya tidak trauma, cuma ngeri kalau nanti saya ke mal," ucapnya.
Ia menjelaskan, sebenarnya kakaknya telah meninggal pada Jumat lalu. Hanya saja, pihak keluarga baru dikabari bahwa Rais menjadi korban pada Sabtu kemarin seusai Magrib baru. "Katanya memang sudah meninggal sejak Jumat," ujarnya.
Eulis Mulyati, 51 tahun, tante korban, membenarkan bahwa keponakannya telah meninggal sejak Jumat lalu. Hanya saja, alat kesehatan bisa membantu pernapasan Rais untuk sementara. "Sebab, pelurunya muter di kepalanya," ujarnya.
Rais tertembak saat melihat pengeboman yang terjadi di pos polisi di kawasan Sarinah. Saat itu Rozi, teman korban, mengaku bersama Rais dan satu temannya lagi berlari ingin mengabadikan kejadian itu.
"Saya memang niatnya mau lihat untuk foto-foto. Kalau Rais dan teman saya hanya melihat saja," tuturnya saat pemakaman korban di Permakaman Wakaf Pleret, RT 1 RW 1, Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Minggu, 17 Januari 2016.
IMAM HAMDI