Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tahu Mau Dikebiri, Wajah Tersangka Sodomi Pancoran Pucat: Saya...

image-gnews
ilustrasi
ilustrasi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Wajah Maskur, 34 tahun, langsung pucat setelah mendengar pernyataan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise. "Kamu orang pertama yang saya daftarkan untuk dikebiri," kata Yohana saat mengunjungi Maskur di ruang tahanan Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan, Senin, 2 Oktober 2015.

Maskur, tersangka kasus sodomi terhadap sebelas anak di Pancoran, sontak berteriak. "Saya enggak mau dikebiri," ucapnya dengan keras. Ia buru-buru menyebut dirinya adalah lelaki normal yang tak memiliki kelainan seksual. Dia juga mengaku tidak menyukai anak-anak.

Maskur sempat terkaget ketika Yohana menanyakan kepadanya soal aksi bejatnya itu. Yohana juga bertanya soal motif dan latar belakang Maskur. "Kenapa kamu suka anak-anak sampai berbuat seperti itu?" tanya Yohana.

SIMAK:
Pelaku Sodomi Pancoran: Saya Sering Nonton Film Porno

Ketemu Menteri, Tersangka Sodomi Pancoran Ngakunya Normal, tapi...

Maskur menuturkan melakukan sodomi karena terlalu banyak menonton film porno. Karena belum beristri, dia melampiaskan nafsunya kepada anak laki-laki yang sering datang ke rumahnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ke Yohana, tersangka juga mengaku sempat memiliki pacar. Namun hubungannya kandas sebelum ke pelaminan. Maskur merasa frustrasi karena semua saudaranya telah berkeluarga dan memiliki anak. "Saya juga ingin punya anak, tapi belum punya duit untuk nikah," ujarnya menjawab pertanyaan Yohana.

Maskur pun menolak jika dikebiri. Sebab, sebenarnya dia merupakan pria normal yang tidak memiliki kelainan seksual. Dia juga mengaku tidak menyukai anak-anak. "Saya enggak mau dikebiri."

Yohana menilai apa yang dilakukan Maskur sudah sangat memprihatinkan. Karena itu, dia berupaya melindungi anak-anak dari kekerasan seksual. Dalam hal ini, menurut dia, negara harus ambil bagian untuk menyelamatkan anak-anak dari kejahatan seksual.

AVIT HIDAYAT


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Hakim Putuskan Herry Wirawan Tak Dijatuhi Hukuman Kebiri

15 Februari 2022

Ustad Herry Wirawan menjalani sidang di Pengadilan Negeri Bandung, Jawa Barat, 15 Februari 2022. Terbukti melakukan pencabulan terhadap belasan santri perempuan di bawah umur, Heri Wiryawan di vonis penjara seumur hidup oleh majelis hakim, sementara jaksa menuntut hukuman mati. TEMPO/Prima Mulia
Hakim Putuskan Herry Wirawan Tak Dijatuhi Hukuman Kebiri

Hakim menilai terpidana kasus pemerkosaan Herry Wirawan tidak memungkinkan menerima hukuman kebiri karena sudah divonis penjara seumur hidup.


Anggota DPR Apresiasi Tuntutan Hukuman Mati terhadap Herry Wirawan

12 Januari 2022

Terdakwa kasus pemerkosaan terhadap santriwati, Herry Wirawan digiring ke mobil tahanan di Pengadilan Negeri Bandung, Jawa Barat, Selasa 11 Januari 2022. ANTARA/HO-Kejati Jawa Barat
Anggota DPR Apresiasi Tuntutan Hukuman Mati terhadap Herry Wirawan

Dia berharap hukuman maksimal terhadap Herry Wirawan dalam menimbulkan efek jera di masyarakat agar tidak terjadi lagi perbuatan tersebut.


Hukuman Kebiri Kimia Dianggap Berbiaya Mahal

4 Januari 2021

Ilustrasi kekerasan seksual. Doc. Marisa Kuhlewein (QUT) and Rachel Octaviani (UPH)
Hukuman Kebiri Kimia Dianggap Berbiaya Mahal

Hukuman kebiri kimia juga dianggap tak sesuai dengan pendekatan kesehatan.


Komnas HAM Minta Hukuman Kebiri Dihentikan

20 November 2019

Kebiri Kimia
Komnas HAM Minta Hukuman Kebiri Dihentikan

Menurut Anam, hukuman fisik atau badan itu melanggar konvensi anti-penyiksaan.


Yohana Susana Yambise Akui Sempat Syok Jabat Menteri

17 Oktober 2019

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Yohana Yambise saat menghadiri Forum Anak Nasional di Pekanbaru. TEMPO/Riyan Nofitra
Yohana Susana Yambise Akui Sempat Syok Jabat Menteri

Sebagai guru besar, Yohana terbiasa belajar dan melihat sesuatu secara ilmiah.


Rumah Perlindungan Pekerja Perempuan Diresmikan di Bintan

8 Oktober 2019

Ilustrasi buruh perempuan. shutterstock.com
Rumah Perlindungan Pekerja Perempuan Diresmikan di Bintan

Menteri PPPA Yohana Yembise meresmikan Rumah Perlindungan Pekerja Perempuan (RP3) di Bintan Inti Industrial Estate (BIEE), Bintan, Kepulauan Riau.


Menteri Yohana: Hak Anak Itu Bersekolah, Bukan Demonstrasi

26 September 2019

Petugas kepolisian mengamankan pelajar asal bogor saat akan bergabung dengan aksi mahasiswa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis 26 September 2019. Dari hasil penyelidikan isi pesan singkat di handphone masing-masing pelajar berisi ajakan untuk melakukan aksi di Jakarta. TEMPO/Subekti.
Menteri Yohana: Hak Anak Itu Bersekolah, Bukan Demonstrasi

Selanjutnya Yohana mengajak agar para guru dan orang tua mengawasi anak-anak mereka.


Yohana Yambise Ngotot Usia Perempuan Menikah Minimal 19 Tahun

9 September 2019

Menteri Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Yohana Yambise disambut kedatangannya oleh sejumlah anak saat tiba di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, 10 Juli 2015. TEMPO/Frannoto
Yohana Yambise Ngotot Usia Perempuan Menikah Minimal 19 Tahun

Menurut Yohana Yambise, ia akan habis-habisan memperjuangkan batas usia 19 tahun untuk menikah ini saat pembahasan bersama DPR dimulai.


Menteri Yohana Keukeuh PB Djarum Langgar UU Perlindungan Anak

9 September 2019

Felicia bersama Ibu Menteri Yohana Yembise. (Dok. Pribadi Felicia)
Menteri Yohana Keukeuh PB Djarum Langgar UU Perlindungan Anak

Menteri Yohana tetap pada pendirian bahwa PB Djarum melanggar undang-undang soal perlindungan anak.


DPR Geram Yohana Yambise Turunkan Anggaran Kementerian PPA

4 September 2019

Keluarga korban memeluk Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise saat mengunjungi rumah Daeng Te'ne (keluarga korban) di kelurahan Kapasa, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, 11 Mei 2016. TEMPO/Sakti Karuru
DPR Geram Yohana Yambise Turunkan Anggaran Kementerian PPA

Menjawab DPR, Yohana Yambise menyebut bahwa kebijakan Presiden dan Menteri Keuangan memang mengembalikan anggaran seperti 2014.