TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sepuluh orang tewas karena bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan. Tewasnya sepuluh orang itu, ucap dia, karena terkena dampak langsung, seperti ikut terbakar saat memadamkan api; dan dampak tidak langsung, misalnya meninggal karena sakit akibat asap.
Menurut Sutopo, selain sepuluh orang tewas, BNPB mencatat 503.874 penduduk terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan 43 juta penduduk terpapar asap. "Data pada 1 Juli-23 Oktober 2015," kata Sutopo dalam keterangannya, Minggu, 25 Oktober 2015.
Sutopo menjelaskan, jumlah warga yang terserang ISPA itu tersebar di enam provinsi. Yakni 80.263 orang di Provinsi Riau, 101.333 di Provinsi Sumatera Selatan, 129.229 di Provinsi Jambi, 43.477 di Provinsi Kalimantan Barat, 52.142 di Provinsi Kalimantan Tengah, dan 97.430 di Provinsi Kalimantan Selatan.
Sutopo menuturkan jumlah warga yang terserang ISPA bisa bertambah. Musababnya, ucap dia, ada warga yang mengalami gangguan pernapasan tapi tidak berobat ke rumah sakit atau pusat kesehatan masyarakat. "Mereka berobat mandiri sehingga tidak tercatat," ujarnya.
Selain itu, ucap Sutopo, sebaran asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan semakin meluas. Menurut dia, kualitas udara di Filipina, Malaysia, dan Singapura menurun. "Berdasarkan satelit Himawari, asap tipis-sedang menutup Laut Jawa dan sebagian Jakarta," tuturnya.
Sutopo menambahkan, bencana asap akibat ulah manusia yang 99 persen disengaja ini belum akan padam dalam waktu dekat. "Dengan skala kebakaran yang sedemikian luas, tidak mungkin dua pekan ini akan padam."
HUSSEIN ABRI YUSUF