TEMPO.CO, Palembang - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei, menyatakan canal blocking serta normalisasi kanal merupakan cara efektif upaya memadamkan titik api di lahan gambut.
Namun, upaya Satuan Tugas Pemadaman Kebakaran Lahan dan Hutan TNI itu belum membuahkan hasil lantaran cuaca semakin ekstrem dan embusan angin sangat kencang. "Dengan sistem itu kelembaban lahan gambut dapat terjaga," katanya di Posko Utama penanggulangan kebakaran lahan dan hutan di BPBD Sumsel, Kamis, 15 Oktober 2015.
Berdasarkan laporan BMKG, potensi hujan dengan intensitas besar masih belum ada di sekitar Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Musi Banyuasin. BMKG juga merilis benih awan sebagai pemicu turunnya hujan masih minim sehingga BNPB terpaksa menghentikan sementara waktu operasi hujan buatan. Menurut Willem kebakaran masih akan terjadi jika tidak dilakukan pengeboman dan canal blocking.
Salah satu buktinya, akibat angin kencang di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten OKI menyebabkan api semakin besar. Sehingga, terjadi kebakaran lahan dan hutan seluas sekitar 4 kilometer. Willem mendapatkan info itu dari kru pesawat Thor milik Australia. Dari laporan itu pula diketahui, satu desa nyaris terbakar akibat kepungan api. "Tadi pesawat Australia melakukan pengeboman sebanyak 90 ribu liter air."
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan belum menyerah menghadapi kebakaran lahan dan hutan di wilayah itu. Sembari menunggu datangnya musim hujan, Alex meminta operasi darat dan udara terus berlangsung hingga kebakaran tidak meluas ke area yang lebih banyak lagi.
Hal ini ia kemukakan dalam temu wartawan bersama kepala BNPB dan komandan satuan tugas kebakaran hutan dan lahan. "Puskesmas harus buka siang dan malam untuk wilayah terdampak paling parah," kata Alex.
PARLIZA HENDRAWAN