TEMPO.CO , Jakarta: Kepala Dinas Kesehatan Riau Andra Sjafril menyebutkan Kementerian Kesehatan telah memerintahkan tiga rumah sakit, yakni RS Fatmawati, Jakarta; RS M Djamil, Padang; dan RS Adam Malik, Medan membantu penanganan kesehatan korban terpapar asap di Riau.
Menurut Andra, RS Fatmawati, Jakarta mengirimkan satu dokter spesialis paru, satu dokter spesialis anak, dan satu perawat. "Mereka ditempatkan di Pangkalan Kerinci, Pelalawan," kata Andra, Minggu, 11 Oktober 2015.
Sementara RS M Djamil, Padang mengirimkan satu dokter spesialis paru, satu dokter spesialis mata, dan satu doketer spesialis anak yang ditempatkan di Kampar. Sedangkan RS Adam Malik, Medan mengirimkan satu dokter spesialis anestesi, satu spesialis mata, satu spesialis paru, satu spesialis mata, dan empat perawat. "Mereka akan bertugas di Pekanbaru," katanya.
Para dokter telah melakukan pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan di wilayah Pekanbaru tepatnya di Jalan Uka, Minggu, 11 Oktober 2015. Sebanyak 258 warga telah menjalani pengobatan di daerah tersebut.
Berdasarkan catatan Tempo, kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan turut memicu korban jiwa. Pada Kamis, 9 September 2015 lalu, seorang murid kelas VI SD bernama Muhanum Anggriawati, 12 tahun, meninggal dunia akibat gagal pernafasan. Dokter Rumah Sakit Umum Arifin Ahmad menyebutkan pasien telah memiliki riwayat penyakit radang selaput otak dan iritasi paru sebelum dirujuk ke rumah sakit umum Arifin Ahmad.
Direktur Rumah Sakit Umum Arifin Ahmad Nuzelly Husnedi mengatakan, kabut asap bisa memicu menurunnya kondisi orang yang telah memiliki riwayat penyakit pernafasan. Partikel yang terkandung dalam asap dapat membuat kesehatan menurun.
Secara medis, Arifin melanjutkan, kabut asap tidak akan menyebabkan orang langsung meninggal. Tapi asap dapat memperburuk kondisi bagi seseorang yang telah memiliki riwayat penyakit pernafasan dan paru.
"Asap ini hanya sebagai pencetus saja, partikel asap bisa berdampak buruk jika menyerang orang yang memiliki riwayat penyakit asma dan pernafasan lainnya," kata Arifin.
Seorang bocah bernama Gibran Doktora Deysra, 13 bulan, juga terpaksa menjalani perawatan di Rumah Sakit Santa Maria, Pekanbaru, pada 29 September 2015 lalu karena menderita radang paru-paru. Ia mengalami demam tinggi dan sesak nafas.
Orang tua Gibran, Yusra Afdal Kahar, mengaku anaknya jatuh sakit karena asap. "Kondisi lingkungan yang buruk akibat asap boleh jadi pemicu penyakitnya," kata ayah sang bocah, Yusra.
Dokter Sepsialis anak Santa Maria Susprawitasari yang merawat Gibran menuturkan, pasien tiba di rumah sakit dalam kondisi demam tinggi disertai batuk dan sesak nafas. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan foto rongga dada (rongen), menunjukkan terjadi infeksi saluran pernafasan menengah atau radang paru-paru. "Infeksinya sudah sampai ke cabang broncus," katanya, kepada Tempo.
Susprawitasari mengatakan kabut asap yang menyelimuti Pekanbaru memperburuk kesehatan anak mengingat daya tahan tubuh anak di bawah umur belum sempurna. "Sistem imun anak belum sempurna sehingga mudah sakit," jelasnya.
RIYAN NOFITRA