TEMPO.CO, Padang - Kabut asap sisa kebakaran hutan mulai menyelimuti wilayah Sumatera barat. Kualitas udara atau Indeks Standar Pencemaran Udara turun dari baik menjadi sedang.
"Ini harus terus kita waspadai dikarenakan adanya peningkatan hot spot di wilayah Sumatera Selatan," ujar Kepala Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kototabang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Edison, Rabu, 29 Juli 2015.
Baca Juga:
Edison mengatakan, dari monitoring PM10 terlihat kondisi udara mulai menurun dari baik menjadi sedang.
Stasiun GAW Kototabang BMKG merilis, berdasarkan pantauan satelit Terra-Aqua ada satu titik panas di Sumatera Barat, yaitu di Kabupaten Limapuluh Kota. Sementara, berdasarkan satelit NOAA-18, titik panas di Sumatera Barat terlihat di Kabupaten Sijunjung.
Penurunan kualitas udara, kata Edison, berdampak pada kesehatan. Misalnya munculnya gejala infeksi saluran pernapasan akut. Kualitas udara sedang ini juga menyebabkan penurunan jarak pandang.
Staf Stasiun GAW Kototabang BMKG, Albert, mengatakan, penurunan kualitas udara diduga akibat kiriman asap dari Sumatera Selatan dan Jambi. "Arah angin dari tenggara dan selatan. Makanya mengarah ke Sumatera Barat," ujar Albert.
Menurut Albert, dalam beberapa hari terakhir ada sejumlah titik panas di dua provinsi itu. "Ini bukan dari Riau. Sebab, di Riau arah anginnya mengarah ke Malaysia dan Singapura," ujarnya.
ANDRI EL FARUQI