Bagaimana sampai ada surat pemberitahuan ke umat Muslim yang melarang mereka mengadakan salat Id?
Kami panitia lokal memberikan pemberitahuan-pemberitan ke gereja-gereja di wilayah Toli, adakan seminar, kegiatan pemuda, sekolah minggu. Kami sampaikan via surat.
Kami juga menyampaikan surat kepada saudara Muslim di Tolikara bahwa mereka punya hari raya (Idul Fitri) tanggal 17 Juli dan kegiatan GIDI dari tanggal 13 – 19 Juli. Akhirnya kami rapat terus. Jalan satu-satunya kami sampaikan lewat surat.
Bagaimana keluarnya surat ralat itu?
Surat pemberitahuan (tanggal 11 Juli 2015) itu sudah sampai di tangan pak Kapolres (AKBP Soeroso) . Lalu pak Kapolres telepon ke pak Bupati (Usman G WBupati dan presiden GIDI (Pendeta Dorman Wandikmbo) ada di Jakarta pada waktu Kapolres telepon mereka. Akhirnya Bupati telepon lagi ke ketua wilayah. Beliau saat itu ada di satu distrik di bawah sana. Karena besoknya baru pembukaan, beliau baru tiba malam hari. Akhirnya kami buatkan surat ralat kembali.
Mereka boleh lakukan, tapi di musala, jangan di halaman terbuka. Surat pertama memang sudah kami sampaikan. Dan surat kedua (surat ralat) secara lisan pak Bupati sampaikan ke ketua GIDI wilayah. Pak Bupati juga telepon pak Kapolres. Kemudian apa yang dikatakan oleh pak Bupati dan Kapolres, kami siapkan dalam bentuk surat untuk nanti dibutuhkan. Terus sampai pembukaan dilakukan, pada 15 -16 Juli. Ternyata di depan Koramil mereka lakukan ibadah (salat Id) pakai TOA besar.
Bagaimana sampai terjadi protes massa? Anda ikut memprotes?
Akhirnya pemuda- pemuda lapor kepada panitia. Mereka tidak berunding dengan kami GIDI wilayah Toli, pak Bupati sebagai ketua panitia. Sekelompok pemuda sekitar 10 orang jalan untuk menyampaikan (protes). Saya dari sini turun ke bawah dengan tujuan mau minta mobil untuk ambil sayur di kampung. Tapi mereka bilang: Kakak tunggu dulu ini ada yang penting. Jadi kita pergi untuk kasih tahu mereka. Karena ibadah sudah mulai. Kalau belum, kita bubarkan..Kita turun sekitar 10 orang saja, ketua-ketua pemuda, panitia, dan bapak klasis.
Kami turun sampai di rumah kediaman Bupati, tapi jumlah semakin bertambah lebih dari 20 orang. Terus kita melewati lapangan (landasan pacu pesawat) turun sampai Bank Papua di bawah. Di situ ada polisi jaga dengan Brimob sekitar 4 orang. Mereka bersenjata. Begitu kami tiba, mereka tidak bolehkan karena di bawah ada sembahyang. Kami bilang tujuan kami datang untuk mau bicara kepada mereka. Akhirnya mereka buka jalan.
Selanjutnya: Lempar batu atau tembakan dulu?