TEMPO.CO, Bangkalan - Puluhan karyawan PT ASDP Kamal di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, akan terdampak keputusan pemerintah menggratiskan tol Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) bagi para pengendara sepeda motor per Sabtu lalu. Para karyawan itu terancam pemutusan hubungan kerja (PHK) karena pembebasan tarif di jalan tol itu diyakini bakal memindahkan sebagian besar pengguna moda kapal penyeberangan itu ke atas jembatan.
“Sebanyak 80 persen pendapatan kami selama ini dari kendaraan roda dua,” kata Supervisor PT ASDP Kamal, Khairil Anwar, ketika dihubungi, 14 Juni 2-015.
Jika penumpang sepi, Khairil melanjutkan, pihaknya dipastikan akan mengurangi jumlah kapal penyeberangan Ujung-Kamal. Pengurangan armada tersebut untuk menekan tingginya biaya operasional kapal yang per hari disebutnya mencapai Rp 1,2 juta untuk tiap kapal.
Saat ini, kata Khairil, ada lima kapal yang melayani penyeberangan Ujung-Kamal. Kalau Suramadu gratis, minimal ada dua kapal yang akan dipindah ke pelabuhan lain. "Kalau dua kapal dipindah, 40 karyawan terancam PHK karena tiap-tiap ABK-nya 20-21 orang," ujar dia.
Meski begitu, Khairil mengakui, dampak belum dirasakan dua hari seusai penggratisan Suramadu bagi sepeda motor. Dia menyebutkan jumlah penyeberang roda dua masih stabil, berkisar 700-1.000 kendaraan per hari. "Penggratisan itu mendadak. Jadi belum banyak warga yang tahu," kata dia.
Wakil Bupati Bangkalan, Mondir Rofi'i, tidak setuju kalau penyeberangan itu sampai ditutup. Menurut dia, ada beberapa potensi pengembangan usaha yang bisa dimanfaatkan PT ASDP Kamal untuk meningkatkan pendapatan akibat kian sepinya penumpang. "Pelabuhan Kamal bisa menjadi pusat wisata kelautan dan wisata kuliner," katanya.
Itu, kata Mondir, sesuai dengan rencana program Pemerintah Kabupaten Bangkalan untuk menghidupkan kembali Pelabuhan Kamal dengan menjadikannya sebagai pusat kawasan oleh-oleh dan wisata kuliner. Kapal-kapal feri juga diharapkan tidak hanya mengangkut penumpang yang hendak menyeberang, tapi juga bisa dijadikan angkutan wisata keliling pesisir Bangkalan.
MUSTHOFA BISRI