TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Keadilan Sejahtera, Fahri Hamzah, menyarankan agar pemerintah tak panik menanggapi propaganda yang menyatakan keterlibatan warga negara Indonesia dalam jaringan Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. Fahri menilai ISIS bukan ancaman dalam negeri.
"Tak usah impor isu Timur Tengah. Jangan gugup, hadapi saja," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 19 Maret 2015.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan Badan Intelijen Negara mendeteksi sekitar 514 warga negara Indonesia bergabung dengan ISIS. Mereka bergabung karena pengaruh propaganda lewat pengajian bersama dan media sosial. Milisi ISIS menyebarkan ajakan jihad sekaligus kekerasan yang kemudian diunggah melalui video di YouTube.
Pada Januari lalu, aparat Turki menangkap 16 warga Indonesia yang hendak menyeberang ke Suriah. Mereka diduga hendak bergabung dengan kelompok ISIS.
Menurut Fahri, propaganda yang disebarkan milisi ISIS merupakan produk industri yang tak perlu ditanggapi serius. "Itu kampanye saja. Kita tak bisa batasi pemikiran seekstrem apa pun sampai dia melanggar hukum," kata Fahri.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ini yakin warga Indonesia tak mudah terpengaruh ISIS selama demokrasi terus dijalankan. "Kalau negara tak bubar, warga tak akan mempersenjatai diri," kata dia.
Hingga kini, tim intelijen gabungan dari Detasemen Khusus Antiteror 88 dan Badan Intelijen Negara berusaha mengidentifikasi 16 warga yang ditangkap di Turki. Fahri meminta agar intelijen tak gegabah dan menjalankan operasi senyap. BNPT, kata Fahri, harus bisa mencegah penyebaran radikalisme lewat kurikulum pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
PUTRI ADITYOWATI