TEMPO.CO, Bandung - Proses identifikasi korban pesawat Air Asia dengan cara memeriksa geligi punya tingkat kesulitan tersendiri. Dokter yang kelelahan, ketiadaan data pemeriksaan gigi sebelumnya, kondisi korban, dan teknik foto rontgen gigi menjadi beberapa faktor kesulitan dokter forensik.
"Sangat bervariasi kondisinya, tidak selalu sesuai text book," kata koordinator relawan dokter Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (FKG Unpad), Fahmi Oscandar, Kamis, 15 Januari 2015.
FKG Unpad menyiapkan tujuh dokter relawan, termasuk Fahmi yang bertugas 1-5 Januari lalu, untuk mengidentifikasi korban jatuhnya pesawat Air Asia. Tim kedua yang berjumlah dua dokter saat ini masih di Bandung. Keberangkatan mereka menunggu kedatangan jenazah baru. Tim FKG Unpad khusus menangani pemeriksaan geligi serta foto rontgen gigi jenazah.
Pekerjaan tersebut diakui Fahmi melelahkan. Seluruh geligi korban masing-masing diperiksa dan didata dengan cermat. Untuk membuka rahang korban yang telah kaku, perlu teknik dan keterampilan tersendiri. Kemudian geligi korban dirontgen.
Lama proses identifikasi yang berkisar 20-60 menit itu bisa berisiko diulang akibat tidak sesuai standar. "Kegagalan seperti itu karena faktor kelelahan," ujarnya.
Di sisi lain, jumlah dokter spesialis radiologi gigi di Indonesia belum banyak. Program spesialis dokter radiologi kedokteran gigi forensik di Indonesia, kata Fahmi, kini baru ada di Unpad, yang dibuka pada 2008.
Setelah dirontgen, hasilnya dicocokkan dengan data rekam medis korban sebelumnya di dokter gigi yang dikumpulkan pihak keluarga. Tanpa data itu, tim berusaha mencocokkan gigi depan korban yang sedang tertawa atau tersenyum dengan gigi yang terlihat pada foto asli berformat digital. Namun teknik superimpose itu, walau habis-habisan digarap, tingkat kepastiannya hanya 75 persen.
Menurut Fahmi, pemeriksaan geligi merupakan satu dari tiga cara identifikasi primer atau utama, selain sidik jari dan DNA. Gigi lebih kuat dan tahan lama, serta lebih cepat hasil pemeriksaannya. Di Indonesia, hasil pemeriksaan gigi masih perlu dilengkapi pemeriksaan sidik jari atau DNA supaya lebih meyakinkan.
Sebelumnya diberitakan bahwa Ketua Tim Disaster Victim Identification Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Budiyono mengatakan, hingga hari ke-18, tim DVI Polda Jawa Timur berhasil mengidentifikasi 38 dari 48 jenazah korban jatuhnya pesawat Air Asia rute Surabaya-Singapura. Dua korban terbaru yang berhasil dipastikan identitasnya berasal dari data sekunder karena sulit dikenali dengan tiga identifikasi primer.
ANWAR SISWADI