TEMPO.CO, Malang - Indra Azwan, pencari keadilan dengan berjalan kaki dari Malang, Jawa Timur, gagal berjalan kaki ke Mekah. Ia tertahan di perbatasan antara Thailand-Myanmar. "Myanmar dilanda konflik," kata Indra, Rabu, 11 Juli 2012.
Ia hanya diizinkan masuk Myanmar selama dua hari. Jelas itu tidak cukup baginya untuk berjalan kaki melintasi Myanmar menyeberang ke Banglades menuju Mekkah. Ia lalu memutuskan tak melanjutkan perjalanan meskipun secara fisik ia tak mengalami kendala. "Dari Myanmar naik pesawat langsung ke Jakarta."
Sesampai di Jakarta, Indra melanjutkan perjalanan menumpang kereta api menuju Malang. Ia tiba di stasiun Kota Baru, Malang, Rabu siang. Namun Indra tetap bertekad berangkat ke Arab Saudi pada 18 Februari 2013. Tidak dengan berjalan kaki, tapi dengan pesawat terbang.
Indra berusaha mencari keadilan atas kematian anaknya Rifky Andika yang menjadi korban tabrak lari seorang polisi bernama Joko Sumantri pada 1993. Pada 2008, Pengadilan Militer Tinggi III Surabaya membebaskan terdakwa Joko. Majelis hakim berpendapat kasus itu telah kedaluwarsa karena melewati batas waktu 12 tahun.
Indra pernah sekali bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada Juli 2010. Lantas ia kembali berjalan selama 22 hari ke Istana Negara beberapa bulan lalu. Itu untuk mengembalikan uang Rp 25 juta yang pernah diberikan pihak Istana sebagai santunan baginya.
Dari Istana, ia menuju Mekah dengan rute Jakarta-Merak-Bakauheni-Lampung-Riau (Dumai)-Malaysia-Thailand-Myanmar-Bangladesh-India-Pakistan-Iran-Irak-Arab Saudi.
Kini ia mengaku akan menempuh jalur hukum melalui Pengadilan HAM Internasional. Indra tengah menyiapkan berkas laporan beserta bukti-bukti dan dokumen.
EKO WIDIANTO