TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo mempertanyakan antisipasi dini dari aparat keamanan sebelum bentrok antarkelompok di Surakarta, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.
"Apa kerja intelijen dan aparat keamanan di Solo dalam menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas)," katanya kepada Tempo, Selasa 8 Mei 2012.
Bentrok itu terjadi antara sekelompok orang dan anggota Front Pembela Islam (FPI) di Gandekan, Kecamatan Jebres, Solo, pada Jumat, 4 Mei 2012. Dua orang terluka terkena sabetan pedang.
Menurut Tjahjo, telaah masalah dan antisipasi dini adalah bagian dari kinerja intelijen dan aparat keamanan setempat. Lagi pula kepala kepolisian resor dan komandan distrik militer bukanlah bawahan kepala daerah, sehingga penegak hukum bisa independen dalam melaksanakan tugas.
Menurut dia, sebelum bentrokan terjadi sudah muncul riak-riak konflik antarkelompok semacam ini. Konflik semakin sulit diselesaikan karena sudah dibumbui aroma politik. Partainya melihat peristiwa ini upaya kampanye hitam bagi Wali Kota Solo Joko Widodo yang mengikuti pemilihan gubernur DKI Jakarta. Joko dijagokan oleh PDI Perjuangan dan Partai Gerindra sebagai calon gubernur. "Bersamaan dengan hal tersebut muncul selebaran di wilayah Jakarta mendiskreditkan Jokowi yang dikaitkan kerusuhan Solo," ujar Tjahjo yang juga anggota Komisi Pertahanan dan Luar Negeri DPR.
MUNAWWAROH