TEMPO.CO, Serang - Walaupun sudah mendapatkan kritikan dari berbagai kalangan masyarakat, fasilitas karaoke di ruang Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banten hingga saat ini belum dihilangkan. Alasannya, fasilitas tersebut perlu untuk menunjang kegiatan yang dilakukan oleh Komisi I.
Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Dahnil Anzar menilai anggota Komisi I DPRD Banten sudah tidak memiliki empati lagi kepada masyarakat. “Karaoke adalah simbol kesenangan, hura-hura, dan jelas menyakiti nurani masyarakat yang seharusnya mereka perjuangkan nasibnya,” tegas Dahnil, Jumat, 3 Februari 2012.
Terkait alasan Komisi I bahwa fasilitas karaoke bukan dari APBD, melainkan iuran anggota, Dahnil menilai hal tersebut tetap telah mempertontonkan kemewahan. “Saya pikir anggota Komisi I tidak perlu mengedepankan extravaganza begitu, mengedepankan kesenangan dan hura-hura yang dipertontonkan kepada publik,” katanya.
Menurutnya, saat ini publik ingin anggota DPRD Banten bekerja maksimal dalam melakukan pengawasan anggaran dan kebijakan Pemprov Banten. “Sikap bermewah-mewahan menyakiti hati nurani masyarakat. Fasilitas karaoke hanya akan membuat depresi citra dan moral DPRD Banten di mata publik,” katanya.
Ketua Majelis Pesantren Salafiah Provinsi Banten Matin Sarkowi mengaku sangat kecewa dengan adanya fasilitas karaoke di DPRD Banten. Alasannya, itu adalah kantor dan secara etika tidak pantas. "Sangat memalukan, ini tidak sesuai dengan moto Banten, yaitu iman dan takwa sehingga seharusnya mereka menjaga nilai-nilai religius,” tegasnya.
Sekretaris Komisi I DPRD Banten, Faqih Usman, mengatakan alat tersebut bukan dikhususkan untuk karaoke, tetapi untuk fasilitas yang bisa menunjang kinerja anggota Komisi I DPRD Banten, seperti saat menerima kunjungan kerja dari luar daerah untuk menampilkan profil Provinsi Banten.
"Kami memiliki mitra kerja dengan berbagai elemen, jadi fasilitas ini bisa dijadikan penunjang kerja kami," ujar Faqih, Jum’at, 3 Februari 2012.
Faqih mengakui dirinya tidak bisa bernyanyi atau karaoke. "Kejadian ini harus diambil hikmahnya, karena ini hanya kurang komunikasi saja," katanya.
WASI’UL ULUM