Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Petambak Dipasena Budidaya Udang Mandiri  

image-gnews
Tambak udang Dipasena. Dok. TEMPO/Donny Metri
Tambak udang Dipasena. Dok. TEMPO/Donny Metri
Iklan

TEMPO Interaktif, Lampung - Ribuan petambak Plasma CP Prima memutuskan melakukan budidaya udang secara mandiri tanpa bekerja sama dengan perusahaan inti. Mereka telah menganggap PT Aruna Wijaya Sakti anak usaha CP Prima yang mengoperasikan tambak di Bumi Dipasena telah hengkang. “Budidaya mandiri tanpa pola kemitraan itu untuk menghidupkan ekonomi petambak. Kami akan merintis berbisnis udang secara mandiri,” kata Sukri J. Bintoro, Sekretaris Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu Dipasena, Selasa, 28 Juni 2011.

Hampir seluruh petambak di Bumi Dipasena saat ini sudah mulai tebar benur--benih udang windu--dengan modal seadanya. Sukri mengatakan bahwa modal awal untuk membeli udang setiap petambak bervariasi, mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta. “Kami tidak bisa budidaya dalam skala besar karena tidak ada kincir,” ujarnya.

Dengan pola mandiri itu, setelah panen nanti, mereka mempunyai kebebasan menjual udang ke pihak lain. Diperkirakan dalam empat bulan ke depan, para petambak sudah mulai panen udang windu walaupun dengan jumlah terbatas. “Kami akan menjual ke pihak lain yang menawarkan harga lebih baik dibanding saat bermitra dengan CP Prima,” katanya.

Meski begitu, selain modal, usaha mandiri itu mengalami kendala kondisi tambak yang masih rusak karena belum tersentuh revitalisasi oleh CP Prima. Bagi mereka yang tambaknya rusak, mereka bisa menyewa atau bekerja sama dengan petambak yang kondisi tambaknya sudah bagus. “Sementara, untuk modal selama budidaya, seperti membeli pakan dan obat-obatan, para petambak meminjam ke sesama petambak atau kerabat di kampung,” ujarnya.

Jatmiko, petambak setempat, mengatakan bahwa usaha tambak mandiri itu sebenarnya lebih merdeka dan lebih menguntungkan. Petambak bisa mengelola tambak dengan leluasa, termasuk menjual udang dengan harga yang sesuai pasar. “Kami pernah melakukan hal yang sama pada tahun 1999 hingga 2000 atau saat mau ditinggal Syamsul Nursalim sebagai pemilik lama. Sejarah seperti berulang,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat itu, tingkat kehidupan para petambak langsung meroket. Selama dua tahun menjalankan pola pertambakan mandiri, petambak mampu membangun rumah, membeli mobil dan kebun karet di kampung halaman. “Saat itu, petambak bekerja sama memasarkan udang hingga ke Pulau Jawa untuk kemudian diekspor ke luar negeri,” katanya

Saat ini, kondisi areal tampak masih gelap gulita di malam hari lantaran sejak 7 Mei lalu CP Prima memutuskan aliran listrik. Akibat pemutusan aliran listrik itu, ratusan ton udang mati dan sejumlah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama terancam ditutup.

NUROCHMAN ARRAZIE


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Tim Hukum BPPN: Sjamsul Nursalim Tak Jujur Soal Utang Petambak

9 Juli 2018

Sjamsul Nursalim. Dok.TEMPO
Tim Hukum BPPN: Sjamsul Nursalim Tak Jujur Soal Utang Petambak

Tim hukum BPPN mengatakan pemilik BDNI Sjamsul Nursalim telah menutupi sejumlah fakta saat menandatangani MSSAA.


8 Kesepakatan Atasi Konflik Dipasena  

5 Agustus 2011

Tambak udang Dipasena. Dok. TEMPO/Donny Metri
8 Kesepakatan Atasi Konflik Dipasena  

Mediasi itu diwarnai aksi boikot Pemerintah Provinsi Lampung.


Kisruh Tambak Dipasena, Fadel Anggap CP Prima Tamat  

3 Agustus 2011

Tambak udang Dipasena. Dok. TEMPO/Donny Metri
Kisruh Tambak Dipasena, Fadel Anggap CP Prima Tamat  

Pemerintah fokus menyelamatkan industri udang 7.152 petambak plasma.


Bahas Revitalisasi, Menteri Fadel ke Dipasena  

3 Agustus 2011

Fadel Muhammad. TEMPO/Aditia Noviansyah
Bahas Revitalisasi, Menteri Fadel ke Dipasena  

Fadel akan datang dengan menggunakan helikopter.


Komnas HAM Akan Panggil CP Prima Soal Dipasena

18 Juni 2011

Tambak udang Dipasena. Dok. TEMPO/Donny Metri
Komnas HAM Akan Panggil CP Prima Soal Dipasena

CP Prima siap memberikan SHU yang belum dibayarkan kepada petambak.


Pemerintah Bantu 100 Generator untuk Petambak Dipasena  

17 Juni 2011

Tambak udang Dipasena. Dok. TEMPO/Donny Metri
Pemerintah Bantu 100 Generator untuk Petambak Dipasena  

Bantuan generator itu sebagai bentuk keprihatinan terhadap nasib petambak dan keluarga akibat boikot perusahaan inti yang tak bertanggung-jawab.


Menteri Sarankan Petambak Ambil Alih Dipasena

22 Mei 2011

Tambak udang Dipasena. Dok. TEMPO/Donny Metri
Menteri Sarankan Petambak Ambil Alih Dipasena

Pengambilalihan ditaksir butuh dana Rp 3,1 triliun.


Menteri Sarankan Petambak Ambil Alih Dipasena  

22 Mei 2011

Fadel Muhammad. TEMPO/Wahyu Setiawan
Menteri Sarankan Petambak Ambil Alih Dipasena  

Pengambilalihan ditaksir butuh dana Rp 3,1 triliun.


Kondisi Tambak Eks Dipasena Mencekam

8 Mei 2011

Kondisi Tambak Eks Dipasena Mencekam

Pemutusan aliran listrik ini makin meneguhkan keyakinan penambak untuk memutus hubungan kemitraan dengan CP Prima


Petambak Dipasena Ragu CP Prima Selesaikan Revitalisasi

6 Mei 2011

Tambak udang Dipasena. Dok. TEMPO/Donny Metri
Petambak Dipasena Ragu CP Prima Selesaikan Revitalisasi

Ada unjuk rasa yang membuat udang tidak bisa keluar".