TEMPO Interaktif, Tulangbawang - Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan bahwa CP Prima dianggap sudah tidak sanggup lagi mengelola tambak Dipasena. Pemerintah tidak akan melakukan pembicaraan lagi dengan mereka. "PT Aruna Wijaya Sakti (CP Prima) sudah tamat. Selesai. Mereka sudah bangkrut," kata Fadel di hadapan para petambak Dipasena, Rabu, 3 Agustus 2011.
Fadel menegaskan bahwa pemerintah saat ini lebih fokus menyelamatkan industri udang 7.152 petambak plasma. Dia akan segera mencari solusi untuk dua persoalan bagi para petambak, yaitu listrik dan bibit udang. "Sekarang bagaimana dua masalah itu teratasi sehingga usaha petambak bisa kembali berjalan," katanya.
Fadel yang sempat memantau kondisi 16 ribu tambak bersama Direktur Perusahaan Listrik Negara (PLN) Dahlan Iskan mengaku prihatin menyaksikan kincir air milik petambak tidak beroperasi. Dia sengaja membawa Dahlan yang diakuinya selalu mempunyai solusi cepat untuk mengatasi terputusnya aliran listrik. "Hari ini harus sudah ada solusi atas kedua masalah itu," katanya.
Sementara itu, Dahlan Iskan mengatakan sudah melakukan studi untuk mengalirkan listrik ke Bumi Dipasena yang diperkirakan membutuhkan 20 megawatt. Beban daya itu, kata dia, akan disuplai dari Pembangkit Sumatera Selatan melalui Bukit Kemuning. "Masalahnya, kabel saluran di daerah itu juga sedang dalam perbaikan. Doakan saja semoga cepat selesai," katanya.
Selain kendala jaringan di Bukit Kemuning, suplai listrik untuk petambak juga terkendala jauhnya gardu induk dari Dipasena yang mencapai 80 kilometer. PLN, kata dia, harus memasang tiang listrik dengan dana yang tidak sedikit dan masalah perizinan pemilik tanah. "Dengan jarak sejauh itu, banyak daya listrik yang hilang di perjalanan. Itu juga harus dicari (jalan) keluarnya," katanya.
Baca Juga:
Dia memprediksi proyek listrik untuk Dipasena akan selesai paling cepat dua tahun. PLN harus melakukan tender agar sesuai aturan. "Agar tidak tersangkut masalah hukum di kemudian hari," katanya.
PLN meminta petambak dan pemerintah daerah mendata kebutuhan riil listrik untuk Rawajitu Timur dan tambak di Bumi Dipasena. "Berapa kebutuhan untuk kincir, penerangan, dan kebutuhan listrik siang dan malam," ujarnya.
NUROCHMAN ARRAZIE