TEMPO Interaktif, Medan - Kepolisian Resor Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, hingga Senin, 27 Juni 2011 pagi, masih melakukan evakuasi terhadap korban kecelakaan bus Antar Lintas Sumatera (ALS).
Bus BK 7088 DL bernomor pintu 90 yang melayani rute Medan–Bengkulu pada Ahad, 26 Juni 2011 dini hari, masuk ke dalam jurang penuh air di lintasan Desa Aek Latong, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Tapanuli Selatan Ajun Komisaris S.L. Widodo menyatakan bahwa dari evakuasi hari ini telah ditemukan dua jenazah anak-anak. “Evakuasi masih dilakukan,” katanya.
Camat Sipirok Parlindungan Harahap memperkirakan tinggal satu penumpang yang masih dalam pencarian. “Kemarin sore sudah 16 jenazah yang ditemukan. Dan pagi ini dua jenazah anak-anak kakak-beradik sudah ditemukan,” kata Parlindungan.
Kemarin, jenazah yang ditemukan, yaitu anak laki-laki berusia 3 tahun bernama Dedi. “Pagi tadi juga ditemukan mayat anak-anak, kakak-beradik, Rizki dan Indah Pertiwi,” ujar Parlindungan. Total korban jiwa yang telah dievakuasi ada 18 jiwa. “Diduga masih ada satu penumpang lainnya masih belum ditemukan, Popi Mustika Rani, 9 tahun,” ujar Parlindungan.
Data tersebut, lanjut dia, berdasarkan dari daftar penumpang bus ALS. “Namun, diduga masih ada korban lain, penumpang yang tidak terdaftar,” ujar dia.
Menurut Parlindungan, ke-16 jenazah yang telah ditemukan itu, kemarin, telah dibawa oleh keluarga korban. “Para keluarga sudah membawa jenazah korban dari Rumah Sakit Umum Sipirok hingga (Senin) pukul 02.00 dini hari,” tuturnya.
Sementara itu, jenazah dua bocah yang baru ditemukan itu masih menunggu izin untuk dibawa pulang. “Kerabat Rizki dan Indah sudah dari semalam berada di Sipirok,” kata Parlindungan.
Widodo menegaskan bahwa kini pihaknya memburu Unggul, sopir bus dalam kecelakaan maut itu. “Sopirnya (bernama Unggul) melarikan diri, kita sudah minta Reskrim membantu mencarinya. Penyebabnya masih diselidiki,” kata Widodo.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun Camat Sipirok, bus ALS tersebut mengalami kerusakan mesin sebelum melintasi jalur tanjakan di Desa Aek Latong yang tak beraspal. “10 kilometer (Dusun Roda) sebelum Aek Latong, bus mogok,” kata Parlindungan.
Semula, bus tak mampu melintasi tanjakkan. “Berdasarkan keterangan saksi yang selamat, awak bus meminta penumpang laki-laki dewasa untuk turun, mengurangi beban,” kata Parlindungan. Nahas, ketika bus mencoba kembali melintasi tanjakan, bus ALS mundur dan masuk ke dalam jurang penuh air sedalam 8 meter.
SOETANA MONANG HASIBUAN