TEMPO Interaktif, Kupang - Bencana alam yang melanda hampir seluruh kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat cuaca ekstrim membuat pemerintah setempat mengeluarkan status siaga bencana di provinsi tersebut.
"Walaupun sudah melanda hampir seluruh kabupaten/kota, namun status bencana di NTT masih siaga," kata Sekretaris Daerah NTT Frans Salem di Kupang, Jumat (28/1).
Bencana yang melanda NTT sejak 10 Januari lalu seperti banjir, longsor, puting beliung dan gelombang pasang.
Bencana di NTT, menurut Frans, masih tergolong kecil, sehingga pemerintah NTT belum menetapkan siaga satu bencana, walaupun ada beberapa daerah yang telah menetapkan siaga satu bencana, seperti Flores Timur.
Kabupaten Flores Timur menetapkan siaga satu bencana setelah banjir dan longsor yang melanda Kelurahan Waibalun, Kecamatan Larantuka, yang menyebabkan ribuan orang mengungsi.
Dia mengatakan pemerintah telah menyiapkan dana Rp 10 miliar untuk mengatasi bencana yang terjadi di daerah ini. Namun, dana itu belum digunakan pemerintah, karena masih bisa ditangani oleh kabupaten/kota. "Kita selalu siaga untuk menghadapi bencana yang melanda daerah ini," katanya.
Kesiagaan bencana ini berupa tenaga dengan menyiapkan taruna siaga bencana (Tagana) yang siap diterjunkan ke lokasi bencana, bahan makanan siap saji, terpal dan lainnya. "Bantuan untuk korban bencana sudah disiagakan dan siap didistribusikan kapan saja," katanya.
Berdasarkan laporan Dinas Sosial NTT, sebanyak delapan dari 21 kabupaten/kota yang terdata dilanda bencana, yakni Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Belu, Flores Timur, Manggarai, Sikka, Sumba Timur dan Rote Ndao.
Akibat bencana tersebut sedikitnya 250 rumah warga di delapan kabupaten itu rusak mengakibatkan ribuan warga harus mengungsi. Tiga orang tewas, dua di antaranya terseret banjir di Belu dan Kabupaten Kupang.
Selain itu, ratusan ternak milik warga juga hanyut terbawa banjir, serta ratusan hektare lahan pertanian milik warga rusak. Serta putusnya jalan di Belu akibat longsor.
YOHANES SEO