Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

36 Tahun Lalu, Pernikahan 4 Putra Sultan Hamengkubuwono IX di Depan Jenazah Ayahanda

image-gnews
Prosesi pemakaman Sultan Hamengkubuwono IX. Foto: Istimewa
Prosesi pemakaman Sultan Hamengkubuwono IX. Foto: Istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada Jumat, 7 Oktober 1988, empat putra Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yakni Gusti Bandoro Pangeran Haryo (GBPH) Pakuningrat (putra ke-12), GBPH Yudaningrat (putra ke-13), GBPH Condroningrat (putra ke-14), dan GBPH Cakraningrat (putra ke-15), menikah bersama-sama dengan calon istri mereka di hadapan jenazah sang ayah. Pernikahan tersebut berlangsung di Bangsal Kencono, Keraton Yogyakarta, tempat yang biasanya digunakan untuk urusan pemerintahan.

Dalam pernikahan yang tidak lazim ini, Pakuningrat (Bandara Raden Mas atau B.R.M. Anindito) menikahi Nurita Afridiana, Yudaningrat (B.R.M. Sulaksmono) dengan Endang Hermaningrum, Condroningrat (B.R.M. Abiromo) dengan Hery Iswanti, dan Cakraningrat (B.R.M. Prasasto) mempersunting Laksmi Indra Suhardjono.

Awalnya, mereka berencana menikah pada 5 November 1988, namun karena sang ayah wafat, acara dipercepat. Jika tidak, mereka harus menunda pernikahan hingga 1.000 hari, sesuai kepercayaan sebagian orang Jawa yang melarang pernikahan sebelum tiga tahun sejak kematian keluarga.

Pernikahan empat putra Sultan di tengah duka

Pada hari itu, jenazah Sultan terbaring dalam peti mati berselimut bendera Merah Putih menghadap utara. Penghulu keraton, Kiai K.R.T. H.M. Wardan Diponingrat, bersama tujuh pegawai KUA, memimpin acara di bangsal. Setelah memberi penghormatan, keempat pasangan calon pengantin pun naik ke bangsal untuk melangsungkan pernikahan..

Keempat pasangan calon pengantin masing-masing didampingi oleh seorang wali dan seorang abdi, yang membawa Quran dan sesisir pisang sanggan. Quran menjadi mahar pernikahan mereka, sementara pisang sanggan, yang bermakna penopang, melambangkan harapan agar pasangan tersebut menjadi pilar keluarga yang kokoh.

Lima langkah di sebelah timur jenazah Sultan, keempat calon pengantin pria duduk bersila, sementara pasangan mereka duduk bersimpuh di lantai. Tidak ada suasana meriah seperti pada pernikahan biasanya; yang terasa hanyalah keheningan dan dominasi warna gelap yang dikenakan oleh para pengantin maupun hadirin. Bahkan, pemerah pipi yang biasa dipakai oleh pengantin wanita tidak digunakan, membiarkan wajah mereka tampil alami.

Keris Joko Piturun dan tradisi keraton

Pukul 10.30, prosesi pernikahan dimulai. Para wali dari mempelai wanita menghadap penghulu, menyerahkan anak-anak mereka untuk dinikahkan. Setelah itu, para pengantin pria secara bergiliran memegang keris pusaka. “Keris itu sebagai saksi pengganti Sultan,” kata Ki Djutu Prmana, penasihat spiritual keraton, dikutip dari Majalah Tempo. 

Menurut Raden Ngabdul Badri, wedana punakawan haji keraton, keris pusaka yang digunakan adalah keris Joko Piturun, simbol kekuasaan Sultan. Namun, beberapa anggota keluarga meragukan hal ini karena mereka sendiri tidak yakin. Selama prosesi akad nikah, satu-satunya suara yang memecah kesunyian di Bangsal Kencono adalah suara penghulu, wali mempelai wanita, dan saksi, yang semuanya berbicara dengan lembut.

Penghormatan terakhir kepada Sultan

Keheningan kembali pecah oleh tangis tertahan para hadirin saat menyaksikan para pengantin melakukan mlaku dodok (berjalan perlahan sambil bersujud) mendekati peti jenazah dan kemudian memberikan penghormatan dengan mencium bagian kaki peti mati.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Sedih sekali harus menikah dalam keadaan belasungkawa,” kata Laksmi. Suaminya, Cakra, menyebut acara pernikahan itu “Nggak enak sekali. Mau sedih, kok pernikahan. Mau senang, tapi menikahnya di depan jenazah Ayah.” 

Pernikahan yang sangat sederhana di keraton itu, menurut Djuhari, pegawai KUA yang mencatat acara tersebut, adalah pengalaman yang tak terlupakan. Pada hari itu, gamelan Kyai Gunung Sari, yang biasanya dimainkan untuk menandai upacara di keraton, tidak terdengar dari Bangsal Srimanganti karena keraton tengah berduka. Juru rias pengantin, Nyonya Tinuk Rifki, pemilik salon Titi Sari di Yogyakarta, juga merasa bingung ketika diminta merias para pengantin wanita. “Saya berkonsultasi dengan para pinisepuh, termasuk dengan Kanjeng Gusti,” ujarnya. 

Kanjeng Gusti yang dimaksud adalah K.R.A.Y. Hastungkoro, salah satu istri Almarhum. Setelah berdiskusi, diputuskan bahwa mempelai wanita hanya akan dirias dengan "dikerik" pada dahi dan bagian belakang kepala, tanpa perhiasan, dan mengenakan pakaian hitam dengan kain Truntum berwarna dasar hitam.

Kesederhanaan Keluarga Sultan

Kesederhanaan sebenarnya bukan hal baru bagi keluarga Sultan. Hal ini juga tercermin dari pasangan-pasangan mereka, di mana tiga di antaranya tidak berdarah biru. Condro menikah dengan Hery Iswanti, anak dari keluarga biasa yang tinggal di Kampung Musikanan, sebuah lingkungan dekat keraton. Sementara itu, Endang, yang memiliki gelar Roro, terkejut ketika Yuda menyatakan cintanya.

"Mulanya saya takut. Masa, sih, senang sama saya," ucapnya. Toh, akhirnya ia setuju menjadi istri Yuda, pegawai biasa pada Kantor Wali Kota Madia Magelang. Yang jumpa jodoh di pesta juga ada. Ini terjadi pada Pakuningrat dan Rita. Menurut Rita, pertemuan pertama mereka "di pesta ulang tahun teman SMA." 

Kini, Rita siap mendampingi suaminya dalam menjalankan usaha. Dahulu, seorang istri pangeran diharapkan siap untuk dipoligami. Namun sekarang? Mangkubumi, yang disebut-sebut sebagai calon Hamengkubuwono X, malah tertawa ketika ditanya apakah ia berencana menambah istri. "Menikah lagi? Ya, kalau istri pertama yang menginginkan, tanpa mengomel," ujarnya.

Sejauh ini, belum ada pembicaraan mengenai resepsi bagi keempat pasangan pengantin yang melangsungkan ijab kabul di depan jenazah Sultan. "Semua itu tergantung rapat keluarga," ujar Cakra. Dan, kata istrinya, bisa juga tak diadakan. 

SUKMA KANTHI NURANI  | RACHEL FARAHDIBA REGAR  I  MAJALAH TEMPO

Pilihan Editor: 36 Tahun Sultan Hamengkubuwono IX Wafat, Banjir Air Mata Menuju Imogiri

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

4 Agenda Seru Yogyakarta Selama Oktober Setelah Wayang Jogja Night Carnival

52 menit lalu

Suasana pasar Beringharjo Yogyakarta yang tutup di masa PPKM Darurat. Tempo/Pribadi Wicaksono
4 Agenda Seru Yogyakarta Selama Oktober Setelah Wayang Jogja Night Carnival

Dari Festival Kebudayaan Yogyakarta hingga Beringharjo Great Sale akan meramaikan Yogyakarta selama Oktober 2024.


Semakin Diminati, Kereta Api dari Yogyakarta dan Solo Angkut 5 Juta Penumpang

1 jam lalu

Ilustrasi Kereta Api Indonesia. Getty Images
Semakin Diminati, Kereta Api dari Yogyakarta dan Solo Angkut 5 Juta Penumpang

Daop 6 Yogyakarta mencatat peningkatan volume angkutan penumpang hingga triwulan 3 tahun 2024 ini secara signifikan.


HUT Yogyakarta ke-268: Profil Sri Sultan Hamengkubuwono I Pendiri Ngayogyakarta Hadiningrat

12 jam lalu

Sri Sultan Hamengkubuwono I. Keraton.perpusnas.go.id
HUT Yogyakarta ke-268: Profil Sri Sultan Hamengkubuwono I Pendiri Ngayogyakarta Hadiningrat

Perayaan HUT Yogyakarta yang ke-268 tidak lepas dari peran dan jasa Sri Sultan Hamengkubuwono I sebagai pendiri kota ini. Berikut profilnya.


Ribuan Warga Padati Wayang Jogja Night Carnival di Tugu Yogyakarta

1 hari lalu

Gelaran  Wayang Jogja Night Carnival di kawasan Tugu Yogyakarta, Senin petang, 7 Oktober 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Ribuan Warga Padati Wayang Jogja Night Carnival di Tugu Yogyakarta

Wayang Jogja Night Carnival menjadi puncak perayaan ulang tahun ke-268 Kota Yogyakarta.


Buntut Event Palsu Catut HUT Yogyakarta, Penyelenggara Serahkan Diri ke Polisi

1 hari lalu

Event olahraga mencatut HUT Kota Yogyakarta yang diduga digelar oknum PNS batal digelar di Alun Alun Kidul Minggu (6/10). Dok.istimewa
Buntut Event Palsu Catut HUT Yogyakarta, Penyelenggara Serahkan Diri ke Polisi

Pemkot Yogyakarta mengumumkan bahwa acara di Alun-alun Kidul Yogyakarta bukan bagian rangkaian perhelatan Hari Jadi ke-268 yang digelar mereka.


Aktivitas Wisata di Kota Yogyakarta sebelum Nonton Wayang Jogja Night Carnival

1 hari lalu

WIsatawan berbelanja di Teras Malioboro 2 di Yogyakarta, 18 Mei 2022. Teras Malioboro 1 dan 2 tidak hanya diisi oleh para pedagang baju saja, tetapi juga untuk para pedagang souvenir dan kuliner. TEMPO/Fardi Bestari
Aktivitas Wisata di Kota Yogyakarta sebelum Nonton Wayang Jogja Night Carnival

Berbagai aktivitas wisata bisa diikuti di Yogyakarta, dari kelilling naik VW klasik sampai nonton pertunjukan seni.


Hari Jadi Yogyakarta ke-268 Tahun, Begini Asal Mula Sultan Hamengkubuwono I Babat Alas

1 hari lalu

Sejumlah Prajurit Keraton Yogyakarta mengikuti kirab saat Grebeg Besar di Masjid Kauman, Yogyakarta, Selasa 18 Juni 2024. Tradisi Grebeg Besar Keraton Yogyakarta merupakan rangkaian perayaan Idul Adha 1445 H sebagai simbol sedekah raja kepada rakyatnya sekaligus wujud rasa syukur kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Hari Jadi Yogyakarta ke-268 Tahun, Begini Asal Mula Sultan Hamengkubuwono I Babat Alas

Hari ini, HUT Yogyakarta dirayakan ke-268 tahun. Bagaimana usaha Sultan Hamengkubuwono I membuka kota ini?


Event Palsu Catut HUT Yogyakarta, Penyelenggara Oknum PNS Diburu Polisi

2 hari lalu

Event olahraga mencatut HUT Kota Yogyakarta yang diduga digelar oknum PNS batal digelar di Alun Alun Kidul Minggu (6/10). Dok.istimewa
Event Palsu Catut HUT Yogyakarta, Penyelenggara Oknum PNS Diburu Polisi

Panggung utama, sponsor, pengisi hiburan, hingga booth-booth UMKM sudah siap di Aun-alun Kidul Yogyakarta.


Ada Wayang Jogja Night Carnival di Tugu Yogyakarta, Pelanggan Kereta Diimbau Datang ke Stasiun Lebih Awal

2 hari lalu

Perhelatan Wayang Jogja Night Carnival dipadati ribuan warga Jumat petang, 7 Oktober 2022. Dok.Pemkot Yogya
Ada Wayang Jogja Night Carnival di Tugu Yogyakarta, Pelanggan Kereta Diimbau Datang ke Stasiun Lebih Awal

Pelanggan diminta mengantisipasi kemacetan karena pengalihan arus lalu lintas yang dapat mempengaruhi perjalanan menuju stasiun Yogyakarta.


Harga Tiket Lebih Mahal, Kereta Luxury Semakin Diminati

2 hari lalu

PT KAI (Persero) resmi mengoperasikan rangkaian kereta api Argo Dwipangga relasi Stasiun Gambir - Solo Balapan (pulang pergi) produksi PT INKA (Persero) pada Rabu, 13 Desember 2023. Rangkaian kereta tersebut terdiri dari kereta jenis New Generation, baik kelas eksekutif maupun luxury. Susunan pada rangkaian kereta ini terdiri dari 7 kereta kelas eksekutif, 3 kereta kelas luxury, 1 kereta makan, dan 1 kereta pembangkit. (Sumber: Dok. PT INKA)
Harga Tiket Lebih Mahal, Kereta Luxury Semakin Diminati

Jumlah penumpang kereta kelas Luxury dari Daop 6 Yogyakarta hingga September 2024 meningkat hingga 56 persen.