TEMPO.CO, Jakarta -- Bakal Calon Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno menyebutkan, gerakan tusuk 3 paslon yang dicanangkan pendukung Anies Baswedan sebagai fenomena dan tantangan dalam kontestasi pemilihan gubernur Jakarta. Rano menilai, tantangan bagi pihaknya adalah mencari untuk meredam kekecewaan tersebut agar tidak berlarut-larut. “Gerakan ini mesti dipahami sebagai reaksi. Gerakan ini kagak muncul tiba-tiba gitu aje,” ujar Rano kepada Tempo melalui aplikasi perpesanan WhatsApp pada Rabu, 18 September 2024.
Ramai di media sosial munculnya gerakan “Tusuk 3 Ppaslon atau pasangan calon” di pemilihan kepala daerah atau pilkada Jakarta. Inisiasi gerakan atau aksi ini disinyalir datang dari kelompok yang mengatasnamakan “Anak Abah”. Adapun Anak Abah merupakan sebutan bagi pendukung Anies Baswedan.
Sebagaimana diketahui, Anies Baswedan gagal maju di pemilihan gubernur (pilgub) Jakarta. Tanpa Anies, pilgub Jakarta hampir pasti diikuti tiga pasangan calon. Mereka adalah Pramono Anung-Rano Karno, Ridwan Kamil-Suswono, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardhana.
Rano Karno menjelaskan, gerakan yang diinisiasi oleh Anak Abah perlu dipahami sebagai reaksi. Politikus dari fraksi PDI Perjuangan itu berharap, kehadiran dirinya dan Pramono Anung sebagai pasangan calon dalam pilgub Jakarta 2024 itu dapat menjadi alternatif bagi masyarakat untuk menyampaikan suaranya.
“Buat Tim Pram-Doel, sosialisasi mungkin belon cukup nih,” ucap Rano saat ditanya apakah sosialisasi sudah cukup untuk mengatasi gerakan Tusuk 3 Paslon. Ia tidak berkomentar banyak perihal upaya lebih lanjut yang diharapkan Pramono-Rano untuk mengantisipasi gerakan tersebut.
Dalam kesempatan terpisah, juru bicara Pramono-Rano, Cyril Raoul Hakim alias Chico Hakim, meminta agar masyarakat lebih arif dalam menyikapi kontestasi pilkada Jakarta. Sebab, perhelatan dan hasil pilkada ini menyangkut kehidupan warga Jakarta selama lima tahun ke depan. Chico menegaskan, pihaknya terus akan mensosialisasikan visi-misi serta gagasan sebagai upaya mengantisipasi gerakan Tusuk 3 Paslon tersebut.
Hendrik Khoirul Muhid berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: