TEMPO.CO, Jakarta -
Johanis Tanak Dicecar Soal Komitmen di KPK
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johanis Tanak menjalani tes wawancara dalam seleksi calon pimpinan KPK periode 2024-2029. Johanis Tanak dihadapkan dengan 11 pewawancara saat seleksi berlangsung di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Rabu, 18 September 2024.
Johanis Tanak pernah menjadi sorotan Dewan Pengawas KPK sehubungan dengan dugaan pelanggaran kode etik. Dia ditengarai bertemu dengan seorang tersangka korupsi, serta melakukan komunikasi atau chat melalui aplikasi perpesanan dengan pejabat di Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Komunikasi tersebut diduga berhubungan dengan penanganan kasus korupsi tunjangan kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal Minerba ESDM. Namun kasus yang menimpa Johanis Tanak ini disebut dinyatakan tidak melanggar etik, pada September tahun lalu.
"Para pejabat yang bersikap antikorupsi, umumnya crash landing, menjadi korban. Apakah bapak (Johanis Tanak) siap untuk menjadi korban, dari tugas sebagai pimpinan KPK?" kata Taufiequrachman Ruki, selaku panelis, di ruang seleksi wawancara. Ruki merupakan Ketua KPK periode pertama, 2003-2007.
Ruki menegaskan, menjadi pimpinan KPK bukan sekadar menjalani sebagai pekerjaan atau pengabdian. Namun tugas sebagai pimpinan KPK akan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Tidak menutup kemungkinan akan ada kebiasaan atau lingkungan pertemanan yang bakal dibatasi.
"Salah satu contoh saja, hubungan yang bapak lakukan dengan seseorang ternyata dalam paradigma KPK itu dianggap melanggar kode etik. Artinya ada bagian-bagian dari sisi kehidupan bapak yang harus dihentikan," ujar Ruki.
Menanggapi hal itu, Johanis Tanak mengatakan, menjadi korban ataupun kehilangan kawan adalah risiko sebagai pimpinan KPK. Dia memastikan siap untuk menghadapi tantangan ini. "Saya berani menghadapi, dan saya bukan baru pertama juga menangani perkara tindak pidana korupsi di republik (Indonesia) ini," ujar Tanak, sembari menyebut, "Itu sudah bagian dari risiko dan saya harus siap hadapi."
Dia juga mengatakan tidak ada manusia yang bebas dari kesalahan dan rasa khilaf. Meski begitu, dia memastikan akan meminimalisir risiko tersebut. Dia juga berharap jika terpilih menjadi pimpinan KPK selanjutnya, segala kekurangan yang sempat diperbincangkan di lembaga antirasuah akan diperbaiki.
Pilihan Editor: