Ide ini diteruskan dengan menandatangani nota kesepakatan antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Taman Siswa yang merupakan organisasi kependidikan pertama di Indonesia, untuk membuat suatu lembaga bernama Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara (LPTTN).
Lembaga ini merupakan kristalisasi dari visi Jenderal Moerdani yang selanjutnya mengawasi proses pelaksanaan sekolah ini.
Adapun SMA Taruna Nusantara diresmikan oleh Panglima Angkatan Bersenjata yang saat itu dijabat oleh Jenderal Try Sutrisno pada 1990.
Kampus yang menempati lahan seluas 18.5 hektare dan terdiri dari komplek akademis, asrama siswa, dan komplek perumahan pamong (guru), di atas tanah milik Akademi Militer.
Selama 6 tahun pertama, Taruna Nusantara hanya menerima laki-laki sebagai siswanya dengan jumlah sekitar 245 orang. Namun mulai 1996, LPTTN membuat kebijaksanaan baru dengan menerima angkatan putri pertama sebanyak 70 orang. Untuk mengakomodasi perubahan ini, area sekolah ini pun diperluas menjadi 23 hektare.
Untuk menarik pemuda-pemudi terbaik dari seluruh strata sosial, LPTTN menawarkan beasiswa penuh kepada pelajar yang diterima dengan dukungan dana dari TNI yang mempunyai latar belakang politik dan keuangan yang kuat.
Para pamong juga mendapat gaji yang di atas rata-rata, serta fasillitas lainnya. Namun, setelah krisis ekonomi dan perubahan politik pada 1997, LPTTN mengalami kesulitan keuangan sehingga pada 2001 sempat menghentikan kebijakan beasiswa penuh ini.
Sekarang, pelajar terpilih yang mempunyai kesulitan keuangan tetap mendapatkan beasiswa yang diberikan baik oleh individual, perusahaan, maupun pemerintah daerah.
ANDRY TRIYANTO | ANTARA
Pilihan Editor: Menerka 4 Lulusan SMA Taruna Nusantara Jadi Menteri di Kabinet Prabowo