TEMPO.CO, Jakarta - Kalender di 22 Agustus 1945 jadi cikal bakal kelahiran TNI pasca Badan Keamanan Rakyat atau BKR resmi dibentuk melalui sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dalam perjalanannya, institusi militer ini sempat mengalami sejumlah pergantian nama mulai dari BKR, TKR, TRI, TNI, APRIS, APRI, ABRI, hingga akhirnya menjadi TNI kembali.
Berikut perjalanan sejarah kemiliteran Indonesia hingga menjadi TNI.
1. BKR
Eksistensi TNI bermula dari dibentuknya Badan Keamanan Rakyat atau BKR dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, 22 Agustus 1945 yang diusulkan oleh dua orang anggota PPKI yaitu, Abikoesno Tjokrosoejoso dan Otto Iskandardinata. Ketika itu, BKR berada di bawah wewenang Badan Pembantu Presiden; Komite Nasional Pusat.
BKR disiapkan untuk memelihara keamanan dan bukan sebagai organisasi kemiliteran resmi. Masa itu, Moefreni Moekmin ditunjuk sebagai pimpinan pusat dan anggotanya adalah para pemuda Indonesia. Mereka sebelumnya telah mendapat pendidikan militer sebagai tentara Heiho, Pembela Tanah Air (PETA), KNIL dan lain sebagainya.
2. TKR
Dua bulan setelah Kemerdekaan RI diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, melalui Maklumat Pemerintah pada 5 Oktober 1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat atau TKR. Presiden Sukarno menunjuk komandan peleton atau shodancho tentara PETA Soepriyadi sebagai panglimanya. Sebelumnya, dia ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat.
Tapi Soepriyadi menghilang sejak pemberontakan di Blitar pada Mei 1945. Sebagian pejuang yakin dia sudah tewas terbunuh tentara Jepang. Karenanya, Sukarno kemudian menunjuk Oerip Soemohardjo sebagai Kepala Staf Umum dengan berpangkat letnan jenderal. Penunjukan itu atas rekomendasi Perdana Menteri Sjahrir dan Amir Sjarifoeddin. Tugas Oerip membenahi organisasi tentara yang masih semrawut sebelum dipilihnya Panglima TNI.
Melewati pemilihan yang ketat pada 12 November 1945, akhirnya Jenderal Soedirman yang masih berusia 29 tahun mampu menyisihkan Urip Sumoharjo, Amir Sjarifuddin, dan Moeljadi Djojomartono dari Barisan Banteng. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta akhirnya melantik Soedirman sebagai Panglima Besar pada 18 Desember 1945.
3. TRI dan TNI
Selanjutnya nama TKR diubah menjadi Tentara Republik Indonesia atau TRI. Usai kemerdekaan, sekutu getol berupaya mengembalikan penjajahan. Karenanya banyak laskar perjuangan lahir untuk mempertahankan kemerdekaan. Untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai tentara reguler dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada 3 Juni 1947 Presiden Sukarno mengesahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia atau TNI.
4. APRIS dan APRI
Pasca Konferensi Meja Bundar atau KMB pada Desember 1949, Indonesia berubah menjadi negara federasi dengan nama Republik Indonesia Serikat alias RIS. Linier dengan hal tersebut, maka dibentuk pula Angkatan Perang RIS, disingkat APRIS, yang merupakan gabungan antara TNI dan KNIL. Namun, pada 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. APRIS pun berganti nama menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia atau APRI.
5. ABRI
Pada 1962, angkatan perang dengan kepolisian negara disatukan menjadi sebuah organisasi yang bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI. Penyatuan satu komando ini dilakukan dengan tujuan untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya dan menjauhkan pengaruh dari kelompok politik tertentu.
6. Kembali jadi TNI
Perubahan terakhir terjadi pada 1998, masa itu terjadi perubahan situasi politik di Indonesia yang memengaruhi keberadaan ABRI. Pada 1 April 1999 TNI dan Polri secara resmi dipisah menjadi institusi yang berdiri sendiri. Sebutan ABRI sebagai tentara dikembalikan menjadi TNI, sehingga Panglima ABRI menjadi Panglima TNI.
NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI | HENDRIK KHOIRUL MUHID | EKO ARI WIBOWO | RAHMAT AMIN SIREGAR
Pilihan editor: 73 Tahun Komando Operasi TNI AU, Ini Asal Mulanya Berdiri