Namun Haedar melanjutkan, jika nanti tanggal perayaan Idulfitri Muhammadiyah dengan pemerintah ternyata kembali muncul perbedaan, pihaknya meminta hal itu tak diributkan.
"Meskipun nanti tanggalnya (Idulfitri) berbeda dengan pemerintah, itu insyaallah kita sudah masuk pada fase saling memahami dan toleransi (tidak mempersoalkannya)," kata dia. "Kami harap masyarakat juga tidak perlu bingung, kenapa Ramadan-nya berbeda tapi Idulfitri-nya sama, karena ada perbedaan cara penetapan.”
Muhammadiyah, kata Haedar, justru mendorong Indonesia bisa menjadi pelopor terwujudnya kalender global tunggal nasional atau KHGT agar ada kepastian tentang datangnya tanggal baru dan memulai bulan baru sampai memulai tahun baru.
"Kami yakin dengan kalender global nasional itu, masyarakat terutama umat Islam tidak lagi disibukkan dengan perbedaan (seperti penetapan Idulfitri)," ujarnya.
Kalender global ini, kata Haedar, diharapkan tidak hanya berlaku untuk Indonesia saja melainkan untuk umat Islam di seluruh dunia. Haedar menilai, jika masih terus menggunakan kalender sesuai dengan negara masing-masing, maka besar kemungkinan masih akan terus terjadi perbedaan dalam menentukan waktu-waktu penting perayaan umat Islam.
PRIBADI WICAKSONO | ANTARA
Pilihan editor: Beda Sikap PBNU dan Muhammadiyah Soal Jemaah Aolia yang Rayakan Idulfitri Duluan