Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Setelah Rencana G30S Ambyar, Letkol Untung Melarikan Diri ke Tegal Sempat Digebuk Massa Dikira Copet

image-gnews
Penangkapan Letkol Untung. youtube.com
Penangkapan Letkol Untung. youtube.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Letnan Kolonel Untung adalah salah satu sosok yang tak bisa dipisahkan dari tragedi G30S pada 1965. Saat itu, ia adalah Komandan Batalyon KK I Cakrabirawa yang menculik para perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Ia diperintah Mayor Sujono dan Kolonel Abdul Latief untuk mengerahkan batalionnya melakukan aksi penculikan. 

Letkol Untung memulai karier militernya sejak zaman pendudukan Jepang. Pada 1944, ia mendaftar perwira Heiho, pasukan bentukan Jepang untuk membantu Jepang berperang di Perang Dunia II. Sejak saat itu karir militer Untung makin bagus. Ia menyandang status sebagai perwira terbaik lulusan Akademi Militer (Akmil) Semarang. Setelah di Akmil, Letkol Untung langsung terjun ke berbagai misi militer.

Di operasi Trikora misal, ia dipercaya menjadi pemimpin pasukan Mandala di bawah pimpinan komandan Soeharto. Berkat reputasi apiknya pada operasi Trikora, ia mendapat kenaikan pangkat dari Mayor menjadi Letnan Kolonel pada tahun 1962. Bahkan, Presiden Soekarno menyematkan Bintang Sakti langsung kepada Letkol Untung. Selain itu, ia juga diangkat menjadi komandan pasukan pengaman presiden Cakrabirawa. 

Sebagai komandan pasukan pengaman presiden, Letkol Untung menjalankan tugasnya dengan baik. Bahkan, pada 30 September 1965 malam, Letkol Untung masih menjalankan tugasnya dengan mengawal Presiden Soekarno di acara musyawarah nasional ahli teknik di Senayan. Ia menemani Presiden Soekarno hingga pukul 23.00. Setelah mengantar Sukarno, ia kemudian pergi ke Lubang Buaya untuk mengecek pasukan Cakrabirawa.

Setelah Letkol Untung datang, pada 1 Oktober 1965 dinihari, pasukan berangkat untuk menculik perwira TNI AD. Dalam daftar perwira yang diculik, seharusnya ada 10 jenderal, tetapi hanya 6 jenderal dan satu letnan yang ditangkap. 

Setelah berhasil menculik dan membunuh para perwira TNI AD, Letkol Untung bergegas ke Radio Republik Indonesia (RRI). Di sana, ia mengambil alih siaran RRI untuk menyiarkan sebuah berita. Letkol Untung dalam siaran mengaku sebagai Ketua Dewan Revolusi dan menjadi satu-satunya orang yang menandatangani dokumen Dewan Revolusi tersebut. 

Pada 2 Oktober 1965, jejak Letkol Untung lenyap. Ia kabur dari Jakarta dan menghilang. Kabarnya baru tersingkap pada 11 Oktober 1965 di momen tak terduga. Kala itu, Letkol Untung menumpang bus ke arah Jawa Tengah. Namun, bus yang ditumpanginya dimasuki oleh anggota tentara yang tak dikenal. Letkol Untung menduga tentara tersebut ingin menampaknya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak ingin ditangkap, Letkol Untung akhirnya keluar dari bus dengan cara melompat secara paksa, namun sayangnya, ia malah menghantam tiang listrik. Orang-orang yang menyaksikan insiden tersebut salah mengira bahwa Letkol Untung adalah seorang pencopet, akibatnya, Letkol ini pun menjadi sasaran amukan massa saat itu.

Setelah tertangkap, ia tidak segera mengakui bahwa namanya adalah Untung. Anggota Armed yang menangkapnya tidak menyadari bahwa mereka telah menangkap seorang anggota Komando Operasional G30S. Identitas Letkol Untung baru terungkap setelah dia menjalani pemeriksaan di markas CPM Tegal.

Pada awal 1966, Letkol Untung diadili di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub). Letkol Untung diadili di Gedung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, alih-alih di gedung pengadilan Kementerian Kehakiman. Pada 6 Maret 1966, Mahmilub memvonis hukuman mati Letkol Untung. Vonis tersebut disetujui oleh Letnan Jenderal Soeharto. Padahal. ketika ditahan di Instalasi Rehabilitasi Cimahi, Letkol Untung yakin tak bakal dihukum mati karena percaya Soeharto akan membebaskannya.

ANANDA RIDHO SULISTYA  | KHUMAR MAHENDRA | NAUFAL RIDHWAN ALY | HENDRIK KHOIRUL MAHMUD

Pilihan Editor: Pasca G30S, Ini Operasi Kalong Penangkapan Tokoh PKI DN Aidit, Brigjen Soepardjo hingga Letkol Untung

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Altaf Pembunuh Mahasiswa UI Divonis Penjara Seumur Hidup, Jaksa Ajukan Banding

29 menit lalu

Sidang tuntutan Altafasalya Ardnika Basya,  terdakwa pembunuhan mahasiswa UI Muhammad Naufal Zidan di Pengadilan Negeri Depok, Kecamatan Cilodong, Depok, Rabu, 13 Maret 2024. Foto : Humas Kejari Depok
Altaf Pembunuh Mahasiswa UI Divonis Penjara Seumur Hidup, Jaksa Ajukan Banding

JPU akan banding setelah majelis hakim menjatuhkan vonis seumur hidup terhadap Altaf terdakwa pembunuhan mahasiswa UI Muhammad Naufal Zidan.


Prabowo dan Mayor Teddy Kenakan Baret Merah Saat HUT Kopassus, Siapa Saja yang Boleh Memakainya?

13 jam lalu

Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih, Prabowo Subianto, menghadiri upacara peringatan HUT ke-72 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Cijantung, Jakarta Timur, Selasa, 30 April 2024. Perayaan HUT ke-72 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) mengangkat tema Mengabdi Dengan Kehormatan Pelindung Sejati Kedaulatan. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Prabowo dan Mayor Teddy Kenakan Baret Merah Saat HUT Kopassus, Siapa Saja yang Boleh Memakainya?

Prabowo dan Mayor Teddy kenakan baret merah saat hadiri upacara HUT ke-72 Kopassus. Siapa saja yang boleh mengenakan baret ini?


Negara Bagian AS Bolehkan Guru Pegang Senjata Api, Bagaimana Aturan Soal Senpi di Indonesia?

2 hari lalu

Ilustrasi senjata api. ANTARA FOTO
Negara Bagian AS Bolehkan Guru Pegang Senjata Api, Bagaimana Aturan Soal Senpi di Indonesia?

Tingginya angka kepemilikan senjata api di AS sudah sampai di level yang mengkhawatirkan. Bagaimana kondisi di Indonesia?


5 Destinasi Wisata yang Jadi Sarang Copet di Eropa Menurut Survei Baru, Turis Harus Hati-hati

3 hari lalu

Wisatawan mengenakan masker bedah berfoto selfie di depan spot wisata air mancur Trevi setelah dua kasus virus corona terkonfirmasi di kota mode tersebut di Roma, Italia, Jumat, 31 Januari 2020. Para pelancong yang tengah berwisata dengan rela mengenakan masker sebagai perlindungan diri dari virus baru tersebut. REUTERS/Remo Casilli
5 Destinasi Wisata yang Jadi Sarang Copet di Eropa Menurut Survei Baru, Turis Harus Hati-hati

Atraksi terkenal adalah salah satu tempat beraksi bagi pencopet karena perhatian wisatawan cenderung terganggu.


Tunangan Ayu Ting Ting, Lettu Inf Muhammad Fardhana Pimpin Kegiatan Pemasangan Aliran Listrik Satgas Yonif 509 Kostrad

3 hari lalu

Danpos Lettu Inf Fardan, calon suami Ayu Ting Ting, dalam kegiatan perbantuan kepada salah satu kepala desa dalam pemasangan aliran listrik Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya Kampung Mamba. Jumat, 26 April 2024. Foto dok.: Kostrad
Tunangan Ayu Ting Ting, Lettu Inf Muhammad Fardhana Pimpin Kegiatan Pemasangan Aliran Listrik Satgas Yonif 509 Kostrad

Lettu Inf Muhammad Fardhana tunangan pedangdut Ayu Ting Ting, pimpin pemasangan aliran listrik Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua.


Kronologi Dua Prajurit TNI Tersambar Petir, Satu Meninggal

7 hari lalu

Ilustrasi hujan petir. sciencedaily.com
Kronologi Dua Prajurit TNI Tersambar Petir, Satu Meninggal

Dua prajurit yang tersambar petir itu tengah melintas di Delta 1 Mabes TNI, Cilangkap.


Polisi Pesta Narkoba di Cimanggis Depok, Kilas Balik Kasus Irjen Teddy Minahasa Terlibat Jaringan Narkoba

8 hari lalu

Nama Irjen Teddy Minahasa sempat membuat heboh karena terlibat kasus narkoba. Ia diduga mengedarkan narkoba jenis sabu seberat 5 kilogram yang ditujukan untuk Kampung Bahari yang terkenal sebagai Kampung Narkoba di Jakarta. ANTARA
Polisi Pesta Narkoba di Cimanggis Depok, Kilas Balik Kasus Irjen Teddy Minahasa Terlibat Jaringan Narkoba

Polisi pesta narkoba belum lama ini diungkap. Bukan kali ini kasus polisi terlibat narkoba, termasuk eks Kapolda Sumbar Irjen Teddy Minahasa.


Terbukti Kendalikan Peredaran Narkotika dari Penjara, Nasrun Divonis Hukuman Mati

8 hari lalu

Ilustrasi penjahat narkoba. TEMPO/Iqbal Lubis
Terbukti Kendalikan Peredaran Narkotika dari Penjara, Nasrun Divonis Hukuman Mati

Pengadilan Negeri Medan menjatuhkan vonis mati terhadap Nasrun alias Agam, terdakwa pengedar narkotika jenis sabu-sabu seberat 45 kilogram.


Polisi Masih Periksa 2 Terduga Copet yang Ditangkap Saat Demo Sengketa Pilpres 2024

9 hari lalu

Pendukung Prabowo-Gibran dan para pendukung Anies-Muhaimin terlibat bentrokan saat menggelar aksi di area Patung Kuda, Jakarta, 19 April 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Polisi Masih Periksa 2 Terduga Copet yang Ditangkap Saat Demo Sengketa Pilpres 2024

Berdasarkan KTP, dua terduga copet itu berasal dari Jakarta Barat dan Jakarta Timur Keduanya dihajar massa yang menggelar demo sengketa pilpres 2024.


Edy Rahmayadi Dipastikan Maju Pilgub Sumut 2024 dari PDIP, Siap Bersaing dengan Menantu Jokowi?

10 hari lalu

Presiden Joko Widodo didampingi Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi dan Wali Kota Medan sekaligus menantunya, Bobby Nasution memberikan keterangan saat Car Free Day (CFD) di Kota Medan, Sumatera Utara, Minggu pagi, 12 Februari 2023. Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev
Edy Rahmayadi Dipastikan Maju Pilgub Sumut 2024 dari PDIP, Siap Bersaing dengan Menantu Jokowi?

Edy Rahmayadi mengambil formulir untuk maju dalam Pilgub Sumut 2024 di DPD PDIP Sumatera Utara. Kompetitor Bobby Nasution?