TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan soal perubahan iklim yang tengah terjadi di dunia. Ia menyoroti keadaan polusi di Jakarta yang kondisinya memburuk.
Dalam pidatonya di acara Festival Like 2023 yang digelar di Senayan, Jakarta Selatan pada Senin, 18 Juli 2023, Jokowi menyebut dampak perubahan iklim menghasilkan banjir seperti di Libya saat ini. Dalam bencana itu, sebanyak 11.000 orang meninggal dan 10.000 belum ditemukan.
Jokowi menyerukan supaya semua pihak dapat bersama-sama merehabilitasi hutan, menanam pohon sebanyak-banyaknya di Indonesia. Apalagi di Jakarta, kata kepala negara, pohon yang minim dan kendaraannya lebih banyak, yang terjadi adalah polusi.
“Yang terjadi di Jakarta banyak orang batuk-batuk,” kata Jokowi.
Kualitas udara Jakarta pada Senin pagi ini berada di posisi ketiga kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta tercatat di angka 149 berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir, pukul 06.36.
Dengan angka AQI 149, kualitas udara Jakarta masuk dalam kategori tidak sehat. Tingkat polusi udara PM 2,5 dan nilai konsentrasi 55,2 mikrogram per meter kubik. Tingkat kualitas udara itu tidak sehat bagi kelompok sensitif karena bisa merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif.
Untuk memperbaiki kualitas udara Jakarta, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono telah menerbitkan Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 593 Tahun 2023 tentang Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Pencemaran Udara sebagai kebijakan untuk mempercepat penanganan polusi udara.
Satgas pengendalian pencemaran udara ini berwenang menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Pencemaran Udara di Provinsi DKI Jakarta. Satgas juga bertugas mengendalikan polusi udara dari kegiatan industri dan memantau secara berkala kondisi kualitas udara, hingga dampak kesehatan dari polusi udara.
Dalam pidato pada Senin, Jokowi juga menyinggung soal perubahan iklim yang berdampak pada persediaan pangan. Ia memberi perhatian pada tren dunia yang kini berubah ke energi baru dan terbarukan.
Ia menegaskan Indonesia tidak ingin kesempatan untuk membangun industri baterai kendaraan listrik.
DANIEL A. FAJRI
Pilihan Editor: Jokowi Bagikan Ribuan Surat Perhutanan Sosial: Masyarakat Harus Produktif