TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan peluang berkerjasama antar kader PDIP dengan Prabowo Subianto dalam pemilu presiden masih sangat dinamis. Sebab, kata Hasto, kerja sama tersebut bukan mempertimbangkan aspek elektoral survei.
"Maka ketika kerja sama itu dilakukan, ya, kami menganggap itu sebagai hal yang positif. Sekiranya siap monggo diumumkan siapa calon presidennya," kata Hasto saat ditenui di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Jakarta Selatan, Sabtu, 15 April 2023.
Hasto menekankan bahwa PDIP memiliki mekanisme sendiri di mana Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang mengumumkan siapa bakal capresnya. "Kalau bagi PDI Perjuangan Ibu Mega yang akan mengumumkan pada momentum yang tepat," tutur Hasto.
Hasto mengatakan, dalam koalisi politik, PDIP tentu memprioritaskan kadernya menjadi capres. Hal tersebut laiknya kebijakan atau policy. "Menjadi policy diputuskan di dalam kongres kelima dan dipertegas oleh Ibu Ketua Umum pada saat Hari Ulang Tahun PDI Perjuangan ke 50 bahwa partai akan mengusung kader internal partai," kata Hasto.
Sehingga menurut Hasto kerja sama partai politik dilakukan untuk bangsa dan negara, bukan untuk orang per orang. "Karena roh di dalam demokrasi kita itu adalah musyawarah dan gotong royong. Ketika kerja sama ditunjukan untuk orang per orang maka jadi sempit," ucapnya.
Dalam hal ini, kata Hasto, PDIP memilih kerja sama yang jauh lebih besar untuk kepentingan bagaimana secepatnya bergotong royong mengatasi dampak pandemi. "Kemudian mengatasi akibat dampak perang global itu harus dilakukan, menyepakati terhadap agenda-agenda strategis," ucapnya.
Hasto mengatakan rencana pertemuan antara PDIP dengan Prabowo bersamaan dengan halal bihalal merupakan momentum. Waktu halal bihalal, kata Hasto, tradisi yang jadi hal positif. "Trasidi itulah yang jadi hal positif di dalam Idul Fitri selama 1 bulan penuh umat Islam berpuasa," kata dia.
Pilihan Editor: Prabowo akan Bertemu Puan Maharani, PDIP: Sudah Berkomunikasi Intensif