Kasus ini bermula dari pembelian mobil McLaren Senna oleh Tony Trisno. Dalam wawancara dengan Tempo Oktober lalu, Tony menceritakan dirinya awalnya ditawari Ian untuk membeli mobil yang hanya diproduksi sebanyak 500 buah di dunia tersebut pada akhir 2018, beberapa bulan setelah mobil tersebut diperkenalkan di Geneva Internasional Motor Show. Ian Rian Susanto yang merupakan petinggi PT Mega Performa Indonesia, dealer resmi McLaren di Indonesia.
“Saya ditawarin waktu itu harganya Rp 18,5 miliar,” kata Tony ketika bertemu Tempo di kediamannya di kawasan Jakarta Selatan, 25 Oktober 2022.
Kedua belah pihak pun sepakat pembayaran dilakukan secara mencicil sebanyak enam kali. Yanto, sapaan Ian, meyakinkan Tony bisa memasukkan mobil tersebut melalui skema import sementara dengan mendapatkan rekomendasi dari pengelola Sirkuit Sentul. Yanto menyatakan bahwa dia akan melaporkan ke pihak bea cukai bahwa mobil yang mengambil nama dari pembalap legendaris Inggris, Ayrton Senna, tersebut digunakan untuk balapan.
Menjelang pembayaran lunas pada April 2019, Tony meminta Yanto untuk mendatangkan mobil itu lebih cepat. Dia bahkan menyanggupi permintaan Yanto untuk membayar biaya ekspedisi sebesar Rp 275 juta.
“Saya bayar, mobilnya datang di Singapura. Mobilnya sudah dikasih stiker semua tanda mobil balap,” kata Tony.
Mobil tak kunjung datang
Setelah menunggu beberapa lama, mobil super yang diklaim memiliki kecepatan maksimal 340 km per jam itu tak kunjung datang. Belakangan Yanto berdalih ada masalah dalam pengurusan fasilitas import sementara mobil tersebut.
“Dia bilang mobil itu sebenarnya bukan jatah Indonesia, tapi jatah UK,” kata Tony. “Dia sempat ngomong jangan bilang siapa-siapa kalau mobil itu beli sama dia.”
Tony pun mulai merasa dirinya dibohongi oleh Yanto. Dia sempat meminta pembatalan pembelian mobil karena sejak awal Yanto tak menyatakan bahwa mobil itu bukan untuk Indonesia. Yanto membujuk Tony untuk tak membatalkan pesanannya itu dengan jaminan keamanan.
“Dia bilang,’Tenang, gue kan bos di sini (McLaren Indonesia). Semuanya aman.’,” kata Tony menirukan pernyataan Yanto.
Kesabaran Tony kembali habis setelah pada Februari 2020 mobil tak kunjung datang. Dia pun kembali meminta agar Yanto mengembalikan uangnya. Kali ini, Tony menawarkan Yanto untuk memotong 30 persen dari uang yang telah dia bayar.
“Jadi saya tawarin cut loss. Tapi dia bilang nggak punya uang,” kata Tony.
Selanjutnya, penjualan kembali mobil McLaren Senna batal dan laporan ke Polda Metro Jaya