TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga Ismail Bolong bersama kuasa hukumnya dipastikan menghadiri pemeriksaan oleh tim penyidik dari Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri pada hari ini, Kamis, 1 Desember 2022. Direktur Dittipidter Brigadir Jendral Pipit Rismanto menyatakan keluarga Ismail telah hadir.
"Yang jelas mereka dan lawyer sudah di dalam," kata Pipit saat dihubungi wartawan Kamis 1 Desember 2022.
Sebelumnya, Pipit menyatakan anak buahnya akan memanggil keluarga Ismail untuk dimintai keterangan terkait kasus tambang batu bara ilegal di Kalimantan Timur. Meskipun demikian, Pipit tak menjelaskan relevansi pemeriksaan anggota keluarga itu dengan kasus ini.
Ismail Bolong seret Kabareskrim Agus Andrianto
Nama Ismail Bolong menjadi perhatian publik setelah video pengakuannya viral di dunia maya pada awal November lalu. Dalam video itu, Ismail mengakui dirinya menyetor uang ke sejumlah petinggi Polri seperti Kabareskrim Komjen Agus Andrianto.
Setelah video itu viral, Ismail membantah sendiri pengakuannya. Dia menyatakan video itu dibuat saat dirinya tengah mabuk pada Februari 2022. Dia juga menyebut mendapatkan tekanan dari seorang perwira Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri.
Dokumen penyelidikan Hendra Kurniawan dan Ferdy Sambo
Tak lama setelah itu, muncul dua dokumen laporan hasil penyelidikan yang ditandatangani oleh mantan Kepala Biro Pengamanan Internal Brigjen Hendra Kurniawan dan mantan Kepala Divisi Propam Polri Irjen Ferdy Sambo. Keduanya kini menjadi terdakwa dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir Yosua.
Dalam laporannya tertanggal 7 April 2022 kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Sambo menyebutkan satu per satu para pelaku tambang batu bara ilegal di Kalimantan Timur. Selain Ismail Bolong, ada belasan nama yang disebut terlibat.
Sambo menuliskan para penambang batu bara ilegal itu memberikan "uang koordinasi" kepada para petinggi di Polda Kaltim sejak Juli 2020. Para pejabat di Polda Kaltim itu disebut sempat menerima uang koordinasi dari Ismail Bolong cs yang besarannya bervariasi antara Rp 30 ribu sampai Rp 80 ribu per metrik ton.
Ada juga aliran dana ke jajaran Bareskrim Polri. Sambo juga menuliskan nama Agus dan sejumlah perwira Polri lainnya yang menerima aliran dana. Laporan tersebut bahkan menyatakan bahwa Divisi Propam telah mengantongi bukti yang cukup atas adanya pembiaran aktivitas tambang ilegal di Kalimantan Timur dan aliran dana itu.
Tanggapan Kapolri, Agus, Hendra dan Sambo
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan tak tahu secara detail laporan Sambo itu. Dia mengaku hanya mendapatkan ringkasan laporannya. Listyo Sigit juga menyatakan telah memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Ismail.
Penyidik Bareskrim telah memanggil Ismail sebanyak dua kali. Namun dari dua kali pemanggilan itu, Ismail tak hadir. Pipit mengatakan, pengacara Ismail Bolong telah menghubungi mereka dan mengatakan bahwa kondisi kliennya kini kurang sehat.
"Memang pengacaranya sudah menghubungi, minta waktu saja," kata Pipit saat dihubungi wartawan pada Rabu 30 November 2022.
Pipit berharap Ismail Bolong segera hadir dalam pemeriksaan. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat yang bersangkutan hadir ya, karena pengacaranya sudah menghubungi ya kondisinya mungkin lagi kurang sehat dan juga tidak menghadiri panggilan kepolisian," ujarnya.
Hendra Kurniawan dan Ferdy Sambo mengakui kebenaran dokumen yang sempat dilihat Tempo tersebut. Agus membantah dirinya menerima dana itu. Dia bahkan balik menuding Hendra dan Sambo yang menerima dana dari Ismail Bolong. Agus menyatakan itu karena heran kenapa Sambo dan Hendra tak langsung menangkap Ismail..