TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden yayasan Aksi Cepat Tanggap atau ACT, Ahyudin meninggalkan Gedung Bareskrim Polri sekitar pukul 22.13 WIB setelah menjalani pemeriksaan selam lebih dari 12 jam. Ia mengatakan pemeriksaan yang dijalani terkait dana CSR Boeing yang diterima ahli waris korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610.
"Sejak jam 8.30 sampai 9.00 WIB, kurang lebih 12 jam secara umum penyelidikan berjalan baik, lancar, santai. Hari ini lebih banyak membahas tentang Boeing. Jadi, alhamdulillah dengan penyidik tadi sudah dibahas secara komperhensif meskipun saya tidak bisa membahas di sini secara utuh," katanya kepada wartawan di Gedung Bareskrim Polri, Senin, 11 Juli 2022.
Ia mengatakan secara garis besar, bentuk program yang diamanahkan Boeing oleh ACT dalam bentuk fasum atau pengadaan fasilitas umum yang diberikan kepada ahli waris. "Jangan diartikan bahwa dana CSR yang diterima ACT dari Boeing adalah bentuk santunan uang tunai yang dititipkan Boeing kepada ACT, lalu diberikan ke ahli waris. Bukan begitu," kata Ahyudin.
Jadi, kata dia, program CSR Boeing yang dikerjasamakan dengan ACT dalam bentuk pengadaan fasilitas umum. Durasi waktunya belum selesai sampai Juli 2022 dan masih terus berlangsung pelaksanaan programnya.
"Fasilitas umumnya, ya saya kan bukan Presiden ACT, bukan ketua pengurus yayasan. Saya adalah ketua dewan pembina yang tidak lagsung terlibat secara operasional program. Apalagi sejak 11 Januari 2022, saya sudah tidak lagi menjabat sebagai ketua dewan pembina ACT, maka progres program dari Januari sampai Juli 2022, saya tidak tahu. Jadi 6 bulan lamanya, saya tidak mengerti progresnya," katanya.
Sementara itu, Teuku Pupun Zulkifli selaku kuasa hukum Ahyudin yang turut mendampingi meminta media untuk tidak mangasumsikan masalah dana CSR dari Boeing kepada ACT berupa pemberian santunan.
"Mungkin cukup saya yang menjelaskan, dalam konteks di sini jangan diasumsikan kerja sama antara Boeing sama ACT itu dalam bentuk pemberian santunan. Bukan dalam konteks seperti asuransi," ucap Pupun.
Dengan tegas, Pupun meminta publik untuk tidak salah dalam mengasumsikan dana CSR yang diberikan Boeing kepada ACT. "Di sini adalah konteks kerja sama program antara Boeing dengan ACT. Jadi, tolong dipahami teman-teman semua, ini bukan program, bukan konteks asuransi sebagai mana asumsi persangkaan lainnya," ujarnya.
Ketika ditanya jenis program yang dibuat, Pupun hanya meminta media untuk menunggu. "Ya nanti, mungkin akan pada waktunya, kita jelaskan secara komprehensif," katanya.
Di waktu bersamaa, Ahyudin menyapaikan bahwa progres pembangunan yang diketahuinya adalah 75 persen. "Tebakan saya, sih di atas 75 persen. Saya yakin sampai Januari, tanggal 11 saja kalau tidak salah sudah 70 persen," ujarnya.
Ketika ditanya lokasi pembanguna fasilitas umum yang ibangun dari dana CSR Boeing, Ahyudin memilih pergi, meninggalkan wartawan dengan tersenyum.
MUTIA YUANTISYA
Baca: Keluarga Ahli Waris Korban Kecelakaan Lion Air Belum Berencana Laporkan ACT