"Setelah masa tugas BRR berakhir kesinambungan rehabilitasi dan rekonstruksi menjadi tangung jawab kementrian dan lembagaa serta pemerintah daerah," kata Presiden, dalam sambutanya di di forum kordinasi Aceh dan Nias di JCC, Jumat (13/02).
Presiden menambahkan untuk menjamin kesinambungan, pemerintah membentuk Badan Kesinambungan Rekonstruksi di Aceh dan Nias." Agar pembangunan dapat berlangsung secara terintegrasi, cepat dan berkelanjutan," katanya.
Badan kesinambungan, kata Presiden, harus menegakkan kaidah tata pemerintahan yang baik, bersih, transparan dan akuntabel.
Baca Juga:
Sementara itu, Kepala Badan Pelaksana BRR NAD - Nias Kuntoro Mangkusubroto menyatakan lembaganya telah menyalurkan sebagian besar dana untuk program rehabilitasi pasca bencana tsunami dan gempa bumi di kedua daerah tersebut. Ia menyebutkan dari seluruh dana yang dijanjikan sejumlah US$ 7,2 miliar 93 persen di antaranya sudah disalurkan.
Dana sebesar itu berasal dari pemerintah dan donor internasional, pemerintah sendiri mengalokasikan dana sebesar US$ 2,1 miliar. "Sebesar US$ 6,7 miliar sudah masuk ke Aceh dan Nias dalam bentuk dana komitmen yang sebagian besar di antaranya bahkan merupakan nilai proyek yang sudah selesai," kata Kuntoro.
Sebanyak 134.000 unit rumah telah terbangun, sepanjang 3600 km ruas jalan telah terbangun. Kemudian, panen raya di Bireun hanya 15 bulan setelah tsunami menjadi momentum awal tercapainya kemajuan bidang pertanian. Di bidang pendidikan, lebih dari 1400 bangunan sekolah dan pelatihan yang menjangkau 40 ribu guru.
Rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh telah melibatkan lebih dari 500 lembaga yang mewakili lebih dari 50 negara sahabat. "Kami mengucapkan penghargaan yang setinggi-tinginya kepada seluruh pelaku rekonstruksi yang sudah berusaha keras menghadapi segala tantangan," kata Kuntoro.
GUNANTO ES